Kamis, 05 November 2015

Perkembangan Anak Terkena Down Sindrom (3 Materi Pendidikan Biologi)



Perkembangan Anak Terkena Down Syndrom
Amy Retno Galih
Biologi C / VI

Abstrak
Anak adalah Anugerah terbesar yang diberikan Tuhan kepada kita umat manusia. Pada dasarnya setiap keluarga ingin mempunyai keturunan yang lahir dan tumbuh normal, tetapi kenyataannya setiap manusia yang dilahirkan di dunia ini tidak semuanya lahir dengan normal. Sebagaimana anak manusia, bagaimanapun wujud terlahir, mereka berhak  mendapatkan pendidikan yang layak dan mendapatkan kesempatan yang sama untuk menikmati dunianya yaitu belajar dan bermain seperti anak-anak yang lainnya. Di balik semua itu tentu Tuhan mempunyai rahasia tersendiri sehingga ada anak yang terlahir dengan kelainan Down sindrom. Secara biologis down syndrome terjadi karena kelainan susunan kromosom ke-21, dari 23 kromosom manusia. Pada manusia normal, 23 kromosom tersebut berpasang-pasangan hingga jumlahnya menjadi 46. Pada penderita down syndrome, kromosom nomor 21 tersebut berjumlah tiga (trisomi), sehingga totalnya menjadi 47 kromosom. Jumlah yang berlebihan tersebut mengakibatkan kegoncangan pada sistem metabolisme sel, yang akhirnya memunculkan down syndrome.
.Kata kunci : Perkembangan anak terkena down sindrom
1.      Pendahuluan
Down Sindrom (Down syndrome) adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. Kelainan genetik yang terjadi pada kromosom 21 pada berkas q22 gen SLC5A3, yang dapat dikenal dengan melihat manifestasi klinis yang cukup khas.
Kromosom adalah merupakan serat-serat khusus yang terdapat didalam setiap sel didalam badan manusia dimana terdapat bahan-bagan genetik yang menentukan sifat-sifat s1eseorang. Selain itu down syndrom disebabkan oleh hasil daripada penyimpangan kromosom semasa konsepsi. Ciri utama daripada bentuk ini adalah dari segi struktur muka dan satu atau ketidakmampuan fisik dan juga waktu hidup yang singkat.
            Down syndrome juga disebabkan oleh kurangnya zat-zat tertentu yang menunjang perkembangan sel syaraf pada saat bayi masih di dalam kandungan, seperti kurangnya zat iodium. Menurut data badan UNICEF, Indonesia diperkirakan kehilangan 140 juta poin Intelligence Quotient (IQ) setiap tahun akibat kekurangan iodium. Faktor yang sama juga telah mengakibatkan 10 hingga 20 kasus keterbelakangan mental setiap tahunnya. Penyebab yang spesifik belum diketahui, tapi kehamilan oleh ibu yang berusia diatas 35 tahun beresiko tinggi memiliki anak syndrom down. Karena diperkirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat menyebabkan “non-disjunction” pada kromosom yaitu terjadi translokasi kromosom 21 dan 15. Hal ini dapat mempengaruhi pada proses menua. Bagi ibu-ibu yang berumur 35 tahun keatas, semasa mengandung mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan anak Down Syndrom. Sembilan puluh lima penderita down syndrom disebabkan oleh kelebihan kromosom 21. Keadaan ini disebabkan oleh “non-dysjunction” kromosom yang terlibat yaitu kromosom 21 dimana semasa proses pembahagian sel secara mitosis pemisahan kromosom 21 tidak berlaku dengan sempurna. Di kalangan 5 % lagi, anak-anak down syndrom disebabkan oleh mekanisma yang dinamakan “Translocation“. Keadaan ini biasanya berlaku oleh pemindahan bahan genetik dari kromosom 14 kepada kromosom 21. Bilangan kromosomnya normal iaitu 23 pasang atau jumlah kesemuanya 46 kromosom. Mekanisme ini biasanya berlaku pada ibu-ibu di peringkat umur yang lebih muda. Sebahagian kecil down syndrom disebabkan oleh mekanisma yang dinamakan “mosaic”.
2.      Alat dan Bahan
Alat tulis



3.      Hasil Observasi dan Pembahasan
Observasi kami laksanakan di rumah klien atau anak penderita down syndrom tersebut, dan kami memperoleh informasi-informasi sebagai berikut:
a)      Identitas Klien
Nama                                       : Hilda Puspa Rani
Tempat, Tanggal Lahir            : Majalengka, 14 Mei 2005
Jenis Kelamin                          : Perempuan
Agama                                     : Islam
Urutan Kelahiran                     : Anak pertama
Tingkat Pendidikan                 : Kelas 2 SLB
b)      Gambaran Umum Klien
Hilda adalah anak ketiga dari tiga bersaudara,  dari keluarga yang ekonominya lumayan  cukup, yang tinggl di Desa Sindanghaji Kecamatan Palasah Kabupaten Majalengka. Ditempat inilah peneliti melakukan penelitian yang berbentuk observasi dan wawancara. Awalnya peneliti telah lama mengawasi perilaku dan interaksinya dengan teman-temannya ataupun dengan keluarganya sendiri. Dia menderita down syndrome sejak lahir sampai sekarang sudah dimasukkan orangtuanya di (sekolah luar biasa) SLB yang beralamat di Desa Lewimunding Kecamatan Lewimunding, Kabupaten Majalengka.
c)      Gambaran Fisik
            Kegiatan-kegiatan klien yang diikuti pada saat klien berada dirumah tetangganya, mulai dari makan, minum, mandi, nonton televisi, mengganggu teman-temannya dan lain sebagainya. Dia memiliki ciri-ciri fisik diantaranya bentuk kepalanya yang relatif kecil, matanya agak sipit, bentuk hidungnya lebar dan datar, mulutnya selalu terbuka, dan selalu mengeluarkan air liur. Rambutnya hitam agak kecoklat-coklatan, kulitnya sawo matang, tangan dan kakinya terlihat lebar dan tumpul, dan giginya kecil-kecil. Berat badan klien mengalami perkembangan yang sangat pesat, untuk terakhir observasi, peneliti memperoleh berat badan klien 27 kg dan tinggi kurang lebih 110 cm.
Hasil Wawancara
1.      Wawancara dengan Orangtua klien (Ibu)
            Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu klien pada hari minggu 4 Mei 2015 di dusun Kaler, desa Sindanghaji kecamatan Palasah klien mengalami down syndrome perkiraan sejak lahir, tetapi beru diketahui sejak umur 2 tahun. Karena selama masa kehamilan dan masa kelahiran Ibunya tidak mengalami keluhan gangguan-gangguan, bahkan klien lahir dengan normal.
            Setelah mengetahui bahwa anaknya mengalami gejala-gejala down syndrom orangtua langsung membawa klien ke Rumah Sakit, bahkan klien melakukan pemeriksaan sebulan sekali. Namun karena keadaan ekonomi yang kurang memadai untuk melakukan chek-up sebulan sekali, maka orang tua memutuskan untuk menghentikan kontrol ke Rumah Sakit dan merawat klien sebisa mungkin. Dan bahkan sekarang ia mengalami perkembangan yang meningkat drastis, yang awalnya ada gangguan komunikasi, sekarang sudah bisa merespon dan berbicara walaupun kurang begitu jelas, kondisi fisiknya bertambah baik, sudah bisa minum dan memegang gelas sendiri, mandi sendiri, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk belajarnya di SLB, ibunya mengemukakan bahwa klien belum bisa mengenal huruf, namun sudah mengalami peningkatan, coretan-coretannya sudah mulai terarah, sudah bisa menirukan dan menghafal lagu-lagu seperti “balonku ada lima dan topi saya bundar” karena lagu-lagu seperti ini diikuti oleh gerakan-gerakan.Selain itu, ibunya menceritakan bahwa klien dekatnya dengan ibunya, karena ayahnya jarang ada waktu luang untuk bermain bersama dia. Kebiasaannya adalah bermain, mendengarkan musik dan menari,  berjalan kesana kemari, dan bahkan ketika ibunya ada acara-acara desa dia ikut dan mengganggu orang lain. Karena itulah muncul cemooh-cemooh dari masyarakat, sehingga ibunya sekarang memutuskan untuk pasif dalam masyarakat, dan lebih memilih anaknya, karena anak yang berkebutuhan khusus itu sangat membutuhkan kasih sayang yang penuh.
4.      Pembahasan
Subjek mengalami gangguan down sindrom sejak lahir. Oleh karena itu dilihat dari secara fisik menunjukkan ciri – ciri yang sama dengan penderita down sindrom lainnya. Gangguan down sindrom ini disebabkan oleh  kelainan susunan kromosom ke-21, dari 23 kromosom manusia. Pada manusia normal, 23 kromosom tersebut berpasang-pasangan hingga jumlahnya menjadi 46. Pada penderita down syndrome, kromosom nomor 21 tersebut berjumlah tiga (trisomi), sehingga totalnya menjadi 47 kromosom. Jumlah yang berlebihan tersebut mengakibatkan kegoncangan pada sistem metabolisme sel, yang akhirnya memunculkan down syndrome.
Awalnya orang tuanya belum  mengetahui bahwa klien mengalami gangguan down syndrome. Kelainan tersebut diketahui sejak klien mengalami batuk pilek. Pada waktu itu, klien di bawa ke dokter spesialis anak, dan dokter mengatakan bahwa klien mengalami gangguan down sindrom. Hal ini dibuktikan juga dengan bentuk fisik klien yang berbeda dengan anak lain pada umumnya. Dia memiliki ciri-ciri fisik diantaranya bentuk kepalanya yang relatif kecil, matanya agak sipit, bentuk hidungnya lebar dan datar, mulutnya selalu terbuka, dan selalu mengeluarkan air liur. Rambutnya hitam agak kecoklat-coklatan, kulitnya sawo matang, tangan dan kakinya terlihat lebar dan tumpul, dan giginya kecil-kecil.
5.      Kesimpulan
Down Syndrome adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Penyakit down sindrom merupakan penyakit yang disebabkan karena kromosom yang gagal berpisah pada fase profase, bukan merupakan penyakit keturunan. Ciri-ciri fisik diantaranya bentuk kepalanya yang relatif kecil, matanya agak sipit, bentuk hidungnya lebar dan datar, mulutnya selalu terbuka, dan selalu mengeluarkan air liur. Rambutnya hitam agak kecoklat-coklatan, kulitnya sawo matang, tangan dan kakinya terlihat lebar dan tumpul, dan giginya kecil-kecil. Penanganan untuk anak down syndrome yaitu berupa Terapi fisik dengan terapi treadmill, dapat pula dilakukan beberapa intervensi sebagai penunjang dalam membantu perkembangan fisik dan psikologis anak-anak down syndrome, seperti intervensi berupa special education.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar