PENGARUH
DAUN SAMBILATO (Andrographis
Paniculata, Nees)
TERHADAP STRUKTUR MIKROANATOMI, KADAR SGPT DAN SGOT
TIKUS PUTIH
Diajukan
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mandiri
Mata Kuliah : Fisiologi Hewan
Dosen : Yuyun Maryuningsih, S.Si, M.Pd.
Disusun Oleh :
Amy Retno Galih
(14121620634)
Tarbiyah IPA Biologi C / VI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI
CIREBON
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Hati
merupakan organ padat yang terbesar yang letaknya di rongga perut bagian kanan
atas. Organ ini mempunyai peran yang penting karena merupakan regulator dari
semua metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Tempat sintesa dari berbagai
komponen protein, pembekuan darah, kolesterol, ureum dan zat-zat lain yang
sangat vital. Selain itu, juga merupakan tempat pembentukan dan penyaluran asam
empedu serta pusat pendetoksifikasi racun dan penghancuran (degradasi)
hormon-hormon steroid seperti estrogen, tetapi hati merupakan organ yang paling sering mengami kerusakan
dan bisa sampai berakhir menjadi kegagalan hati. Kerusakan hati dapat
disebabkan oleh banyak faktor, baik karena virus ataupun senyawa toksik yang
terdapat di dalam obat. Salah satu indikator rusaknya hati adalah menigkatnya
kadar enzim-enzim hati dalam serum, termasuk menigkatnya kadar SGPT dan SGOT
atau juga dinamakan AST. SGOT adalah kepanjangan
dari Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase sementara SGPT adalah kepanjangan
dari Serum Glutamic Pyruvic Transaminase. SGOT SGPT adalah enzim yang
diproduksi didalam hati. Dalam keadaan normal, enzim ini akan diam didalam sel
hati, namun apabila kondisi hati terluka, maka hati pun akan mengeluarkan enzim
ini (SGOT SGPT) kedalam darah. Maka dari itu apabila kadar SGOT SGPT dalam
darah berlebihan, sudah bisa dipastikan bahwa hasil tes darah akan menunjukn
nilai SGOT atau SGPT diatas ambang batas normal.
Metabolisme
di dalam hati mempunyai fungsi untuk melindungi jaringan-jaringan lain dari
senyawa kimia yang berpotensi berbahaya yang terlarut dalam darah. Tetapi
ironisnya hasil dari detoksifikasi itu justru membuat kerusakan kronis hati itu
sendiri. Sehingga hati menjadi organ yang potensial untuk terjadinya jejas
mematikan oleh senyawa-senyawa kimia termasuk CCl4 (Karbon Tetraklorida). CCl4
menginduksi terjadinya kerusakan hati seperti yang diakibatkan oleh radikal
bebas. CCl4 bukan hanya menginduksi terjadinya nekrosis tetapi juga apoptosis.
Salah satu penyebab yang mempunyai hubungan penting dengan terjadinya kerusakan
jaringan pada keadaan-keadaan patologi termasuk penyakit hati adalah oleh
adanya radikal bebas Radikal bebas akan menginduksi terjadinya kerusakan sel
yang akan berdampak pada banyak munculnya patobiologi, keganasan, proses
penuaan, timbulnya penyakit degeneratif dan lain-lain. Pertahanan terhadap
radikal bebas di dalam tubuh manusia tidak sempurna sehingga stres oksidatif
masih bisa terjadi. Komponen yang bisa menetralisir bahaya radikal bebas adalah
antioksidan. Sambilato merupakan salah satu daun yang mengandung banyak
antioksidan dan sering digunakan sebagai obat oleh sebagian orang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah yang telah dijabarkan diatas, rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana
pengaruh pemberian ekstrak daun sambilato terhadap kadar SGPT dan SGOT tikus
putih yang terpapar CCL4 (karbon tetraklorida)?
2. Bagaimana
pengaruh ekstrak daun sambilato (Andrographis paniculata Ness) terhadap
kerusakan struktur mikroanatomi hepar tikus putih?
3. Berapa
dosis pemberian ekstrak daun sambilato yang berpengaruh nyata terhadap
perbaikan kerusakan struktur mikroanatomi hepar dan kadar SGPT, SGOT tikus
putih yang terpapar CCL4 (karbon tetra klorida)?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari masalah ini adalah sebagai
berikut:.
1. Dapat
mengeatahui bagaimana pengaruh pemberian ekstrak daun sambilato terhadap kadar
SGPT dan SGOT tikus putih yang terpapar CCL4 (karbon tetraklorida).
2. Dapat
mengetahui apa pengaruh ekstrak daun sambilato (Andrographis paniculata Ness)
terhadap kerusakan struktur mikroanatomi hepar tikus putih
3. Dapat mengetahui
berapa pemberian ekstrak daun sambilato yang berpengaruh nyata terhadap
perbaikan kerusakan struktur mikroanatomi hepar dan kadar SGPT, SGOT tikus
putih yang terpapar CCL4 (karbon tetra klorida).
BAB II
PENGARUH
DAUN SAMBILATO (Andrographis Paniculata, Nees) TERHADAP STRUKTUR MIKROANATOMI, KADAR SGPT DAN SGOT
TIKUS PUTIH
A. Pengaruh Pemberian Eekstrak Daun Sambilato
Terhadap Kadar SGPT dan SGOT Tikus Putih yang Terpapar CCL4 (karbon
tetraklorida)
Berdasarkan
Juwita (2011) Sambilato merupakan tanaman liar yang banyak tersebar di Asia
Tenggara, termasuk di Indonesia tinggi tanaman dapat mencapai 1 m, dengan
batang berbebntuk segi empat, daun tunggal letak berhadapan tangkai daun sangat
pendek bahkan hampir tidak betangkai bentuk lanset ukuran kira-kira 12 cm x 13
cm bertepi rata permukaan atas berwarna hijau tua permukaan bawah berwarna
lebih pucat. Bunga majemuk, bentuk malai, ukuran kecil, berwarna putih,
terdapat diketiak dan ujung tangkai. Buah kecil ukuran memanjang lebih kurang
0,30-0,40 cm x 1,50 - 1,90 cm, berlekuk, terdiri dari dua rongga, berwarna
hijau dan akan pecah bila buah masak, biji kecil, gepeng, berwarna hitam.
Berdasarkan
Wahyuni (2005) Sambilato mengandung senyawa andrograpolid terutama
dibagian daun dan batangnya. Didalam daun kadar senyawa ini sekitar 2,5-4,8%
dari berat keringnya. Diduga senyawa ini merupakan bahan aktif daun sambilato
yang mengandung unsure-unsur mineral seperti kalsium, natrium, kalsium dan asam
kersik. Selain itu sambilato juga mengandung laktone, minyak atsiri, flavonoid.
Andrograpolid adalah merupakan komponen utama sambilato yang mempunyai
multi efek farmakologis. Zat aktif ini
mampu menghambat pertumbuhan sel kanker hati, payudra, prostat. Selain itu juga
dapat meningkatkan produksi anti bodi sehingga ekstraknya dapat digunakan
sebagi salah satu penghambat virus HIV. Sambilato juga dapat berfungsi sebgai
hepatoprotektor yaitu pelindung sel hati dari zat yang bersifat toksik.
Berdasarkan
Juwita (2011) Tanaman smbilato mengandung lakton (deoksi-andrograpolid,
andrograpolid, 14-deoksil -11, neoandrografolid, 12-didehidro-andrograpolid dan
moandrografolid dan flavonoid ( alkan, keton, aldehid). Daun mengandung
saponin, flavonoid dan tannin. Akar mengandung flavonoid seperi
polimetoksiplavon, andrografirin, panicolin, mono-o-metil, dan apigenin -7,4
di-metil eter. Sambilato berkhasiat bisa menyembuhkan penyakit hepatitis,
infeksi saluran empedu, disentri, basiler, tifoid, diare, influenza, radang
amandel (tonsillitis), abses paru, malaria, radang paru (pneumonia), radang
saluran nafas (bronchitis), radng ginjal akut ( pielonofritis), radang telinga
tengah, radang usus buntu, sakit gigi, demam, kencing nanah, (gonore), kencing
manis (diabetes mellitus). TB paru, batuk rejan (pertusis), sesak nafas (asma),
darh tinggi (hipertensi), kusta (lepra), keracunan jamur, serta kanker.
Berdasarkan
Sagita (2006) Sambiloto (Andrographis paniculata) adalah tumbuhan khas
daerah teropis yang dapat tumbuh dimana saja. Daun sambiloto
digunakan untuk berbagai keperluan. Daun sambiloto ini mengandung senyawa
andrographolide. Senyawa ini terasa pahit, tapi memiliki sifat melindungi hati.
Penilitian membuktikan bahwa senyawa ini mampu melindungi hati dari efek
negatif galaktosamin dan parasetamol. Senyawa ini juga berperan besar dalam
menurunkan enzim CDK4 sehingga menekan pertumbuhan sel kangker. Senyawa
andrographolide juga berkhasiat meninggalkan kekebalan tubuh. dan jugaBerdasarkan (Wulandari
(Hyne) 2006) Sambilato secara tradisional digunakan sebagai obat penyakit gula,
demam, tipes, gatal kulit, obat gigitan ular, antireumatik, sakit kuning dan
obat peluntur kehamilan. Khasiat sambilato diduga karena kandungan senyawa
kimia didalamnya. Tanaman sambilato mengandung senyawa golongan fenol, flavonoid,
alkaloid, kalium, natrium, dan asam kersik. Senyawa kimia yang telah berhasil
diisolasi adalah andrografolid A, B, C, D, E dan F. Senyawa kimia yang diduga
berperan dalam fungsi pertlindungan hati adalah andrografolid.
Berdasarkan
Wahyuni (2005) daun sambilato mengandung senyawa flavanoid yang dapat diisolasi
dari akar, daun dan batangnya, meliputi Polimetoksiplafon, andrographolid,
ikulin dan apigenin 7.4 dimetileter. Zat aktif andrographolid terbukti
berkhasiat sebagai hepatographolid yaitu melindungi hati dari zat toksik.
Sambilato merupakan salah satu tanaman
tradisional yang bisa dijadikan obat kerusakan pada hepar, hal ini karena dalam
ekstrak daun sambilati terdapat senyawa andrografolid yang berfungsi untuk
mengobati kerusakan pada hati dengan cara menurunkan kadar SGPT dan SGOT pada
hati.
Berdasarkan Panjaitan (2007) karbon tetra
klorida (CCL4) merupakan xenobiotik yang lazim digunakan untuk menginduksi
peroksidasi lipid dan kearacuna. Dalam endoplasmic reticulum hati CCL4
dimetabolismekan oleh sitokrom P450 2E1 (CYP2E1) menjadi radikal bebas
triklorometil (CCL3). Triklorometilperoxi dengan oksigen akan membentuk radikal
triklorometilperoxi yang dapat menyerang lipid membawa endoplasmic reticulum
dengan kecepatan yang melebihi radikal bebas triklorometil. Selanjutnya
triklorometiperoxi menyebabkan peroksidasi lipid sehingga mengganggu homeostatis
Ca 2+, dan akhirnya menyebabkan kematian sel. Penyusunan utama membaran sel
adalah lipid, protein, karbohidrat. Lipid yang meyusun membrane adalah fosfolipid.
Fosfolipid merupakan molekul yang bersifat amfipatik, artinya memiliki daerah
hidrifilik dan hidrofobik.
Berdasarkan Wahyuni (2005) Penelitian
terhadap radikal bebas seringkali menggunakan karbon tetraklorida (CCL4) karena
karbontetraklorida dapat menginduksi terjadinya kerusakan (nekrosis) hati.
Radikal bebas dapat diredam oleh suatu antioksidan. Dalam kondisi normal
radikal bebas jumlahnya seimbang dengan antioksidan sebagai suatu mekanisme
pertahana. Hati berfungsi sebagai system pertahanan tubuh tentunya juga
memiliki system antioksidan yang cukup baik. Tetapi bila hati telah rusak
karena bahan toksik, maka perlu diberi tambahan antioksidan dari luar.
Diantaranya terdapat pada tanaman yang mempunyai fungsi hepatoprotektif
terhadap kerusakan yang diinduksi oleh bahan toksik yaitu sambilato.
Berdasarkan Wahyuni (2005)
Kabontetraklorida merupakan gas yang sangat larut dalam lemak dan apabila masuk
tubuh baik melalui saluran pernafasan, pencernaan ataupun intravena maka akan
didistribusikan luas keseluruh tubuh. Pada tingkat toksik yang diberiakan pada
hewan percobaan akan terjadi akumulasi lemak dalam hati, karena hambatan
sintesa lipoprotein yang membawa trigliserida meninggalkan hati.
Berdasarkan Andi (2006) SGOT /SGPT adalah enzim
yang berkaitan dengan fungsi hati dan konversi glukosa dan biasanya ditemukan
di mitokondria sel hati. Tingkat yang berbeda dari enzim ini dapat menunjukkan
perbedaan kondisi dan penyebab. Ini mungkin termasuk penyakit kandung empedu,
hepatitis, fatty liver
sirosis, mononucleosis menular,
alkoholisme, obat-obatan dan keracunan obat, CHF, serangan jantung, kerusakan
otot jantung,cedera otot rangka, infark ginjal, beberapa jenis
anemia, dan keganasan. ALT (SGPT) dan AST (SGOT) adalah enzim-enzim
dibuat didalam sel-sel hepar. Mereka juga
dikenal sebagai transaminase. Hepar ini menggunakan enzim-enzim ini untuk
metabolisme asam amino dan untuk membuat protein. Ketika sel-sel hepar rusak
atau mati, ALT dan AST bocor ke dalam aliran darah dan menyebabkan kadar mereka
meningkat dalam darah. SGPT adalah Enzym yang berfungsi sebagai katalis berbagai fungsi tubuh. Enzym ini ditemukan paling dominan di sel hepar, selain konsentrasi kecil
ditemukan di jantung, ginjal dan otot.
Variasi level serum ini digunakan untuk:
mendiagnosa penyakit hati dan monitoring
terapi penyakit hati. Sedangkan SGOT adalah enzym yg ditemukan di jaringanatau
sel yang mempunyai aktivitas metabolik tinggi misal di jantung, hepar dan otot
bergaris. Enzym ini dikeluarkan ke aliran darah krn adanya jejas atau kematian sel.
Ekstrak daun sambilato dapat mencegah
kerusakan hati dengan cara menurunkan kadar SGOT dan SGPT. SGOT dan SGPT
merupakan enzim yang jumlahnya dihasilkan sangat berlebihan bisa mencapai
10-500 kali lebih banyak dibandingkan pada saat hati dalam keadaan normal.
Telah Banyak penelitian yang dilakukan bahwa ekstrak daun sambilato bisa
menurunkan kadar SGOT dan SGPT dalam hati. Dengan turunnya kadar SGPT dan SGOT
hewan percobaan menunjukan bahwa daya andrographolid sebagi antioksidan lebih
efektif pada dosis 50%. Mekanisme kerja andrographolid sebagai antioksidan
adalah mengeliminasi pengaruh kereaktifan CCL4 yang dapat meningkatkan produksi
ROS dengan menurunkan energy ikatan antara radikal bebas dengan reseptor yang
ada didalam hati, dimana semula ikatan tersebut menghasilkan produk yang
berbahaya sehingga hati akan mengalami kerusakan yang bertahap (primer sampai
tersier) hingga dapat mencapai tingkat tertentu yang mengakibatkan terganggunya
fungsi hati, menjadi produk yang tidak toksik setelah terjadi ikatan dengan
antioksidan(andrographolid).
Berdaskan Andi (2006) Andrographolid dengan
cincin C seperti pada flavonoid dimana ikatan rangkap yang pada posisi C2 dan
C3 memberikan kontribusi pada aktivitas
sebagi antioksidan atau menghambat reaksi oksidasi yang terjadi dalam
tubuh. Andrographolid juga mapu menghambat terbentuknya lipid peroksidase
sebagi bentuk kerusakan sekunder pada hati akibat adanya radikal bebas atau
nekrosis. Ketika sel hati tidak mengalami kerusakan maka enzim GOT dan GPT
tidak masuk dalam peredaran darah dalam jumlah yang besar (normal). Sebagi suatu
bahan alam, maka kerja daun sambilato sebagai hepatoprotektor tidaklah hasil
dari suatu senya tunggal saja, namun merupakan kerja dari campuran senyawa yang
terkandung daun sambilato.
B. Pengaruh Ekstrak Daun Sambilato (Andrographis
paniculata Ness) Terhadap Kerusakan Struktur Mikroanatomi Hepar Tikus Putih
Berdasarkan
Juwita (2011) Unsur structural utama dalam hepar adalah sel-sel hepar
(hepatosit). Sel-sel hepar berkelompok dalam susunan yang saling berhubungan
sedemikian rupa sehingga terlihat sebagi unit structural yang disebut lobus
hepar. Sel hepar merupakan 60% bagian hepar. Lobulus hepar merupakan prisma
polygonal dengan ukuran lebih kurang 1 sampai 2 mm, dan biasanya terlihat
heksagonal pada potongan melintang vena sentralis ditengah dan dikanan portal
tepian pada sudut-sudutnya. Lobulus hepar mempunyai makna fungsional yaitu
merupakan suatu unit structural yang mengalirkan darah kevena lobular (vena
sentralis). Suatu lobus portal mempunyai kanal portal sebagai pusatnya dan
terdiri dari jaringan yang menyalurkan empedu kedalam duktus bilaris di daerah
tersebut.
Berdasarkan
Juwita (2011) Kerusakan-kerusakan hati yang terjadi dapat diatasai dengan upaya
prepentiv (hepatoprotektif) dan kuratif (antihepatoksik). Upaya prepentiv
merupakan upaya-upaya yang dilakukan untuk mencegah kerusakan sel-sel hati
melalui pencegahan kekambuhan, pencegahan komplikasi, dan perlindungan hati
dari aneka hepatoksin, sedangkan kuratif merupakan upaya-upaya yang digunkana
untuk mengobati kerusakan sel-sel hati dengan cara mengurangi peradangan,
mengurangi gejala kerusakan, serta merangsang regenerasi sel hati.
Berdasarkan
Wulandari (2005) Hepar sebagai organ utama yang bertanggung jawab melakukan uji
detoksifikasi merupakan organ yang palling rentan terhadap keerusakan sel.
Kerusakan pada hepar dapat dilihat melalui gambaran struktur mikroanatomi
maupun perubahan biokimia seperti kenaikan kadar enzim hepar dalam serum.
Irisan hepar yang digunakan untuk penelitian ini adalah irisan hepar bagian
lobus sebelah kanan. Hal ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mikroanatomi
yang relative seragam. Setelah dilakukan penelitian terhadap mikroanatomi hepar
tikus putih dengan beberapa perlakuan berbeda. Selain dapat diindikasi dengan
adanya kadar enzim SGOT dan SGPT yang
meningkat saat terjadi kerusakan hati. Struktur anatomi pada hati yang
mengalami kerusakan akan berbeda dengan hati yang sehat atau tidak mengalami
kerusakan.
Berdasarkan
Panjaitan (2007) yang melakuakan penelitian terhadap empat kelompok tikus putih
yang tiap kelompoknya terdiri dari 3 ekor. Kelompok pertama merupakan kontrol
tanpa pemberian ccl4, kelompok selanjutnya dibedakan dalam pemberian ccl4
dosisnya berturut-turut yaitu (0,1, 1,0 dan 10ml/kg BB masing-masing hanya
diberikan selama percobaan. Pemberian ccl4 dilakukan dengan cara penyuntikan
secara intrapersonal.
Dari
hasil percobaan ini terlihat bahwa kelompok yang medapat ccl4 1 dan 10 ml/kg BB
mengalami setosis. Seatosis merupakan gambaran patologi yang ditandai dengan
akumulasi lemak didalam sel hati yang disebabkan oleh gangguan metabolism lipid
dihati. Ada beragam factor penyebab terjadinya steatosis secara garis besar
dibedakan atas factor primer yakni obesitas, hiperlipidemia dan resistensi
insulin, serta factor sekunder yang meliputi diet yang tidak seimbang,
malabsorbsi, kehamilan, alcohol, serta obat-obatan antara lain aspirin dan
tetrasiklin. Reactive oxygen species (ROS) selain dapat merusak membrane sel
juga dapat meruasak komponenl termasuk asam nukleat, protein dan lipid. DNA
mitokondria tidak tahan terhadap serangan radikal bebas sehingga membrane
bagian dalam mitokondria juga menjadi ikut rusak. Peroksidasi lipid selanjutnya
mengubah DNA mitokondria dan menggangu kestabilan membaran sel, propagasi
siklus oksidatif stress secara besar-besaran yang diikuti dengan peradangan.
Peningkatan level oksidatif digambarkan dengan megamitokondria dan
steathopatitis nonalkolik.
Menurut (Panjaitan (Mohsen) 2007) radikal bebas dapat menyebabkan
stress oksidatif yang ditandai dengan kerusakan membrane sel dan protein,
termasuk enzim, akibat gangguan pada permeabilitas membrane dan fungsi membrane
itu sendiri.
C. Konsntrasi Pemberian Ekstrak Daun Sambilato
yang Berpengaruh Nyata Terhadap Perbaikan Kerusakan Struktur Mikroanatomi Hepar
dan Kadar SGPT, SGOT Tikus Putih yang Terpapar CCL4 (karbon tetra klorida)
Berdasarkan
Juwita (2014) hati rentan terkena bahan-bahn toksik, mikroba dan terhadp
gangguan sirkulasi. Karbon tetraklorida merupakan salah satu zat toksik yang
bisa menyebabkan kerusakan hati. Meskipun setelah cedera masa hati dapat pulih
kembali dalam waktu beberapa minggu oleh proses regenerasi secara fisiologis,
Berdasarkan
(Wahyuni, 2005) yang telah melakukan penelitian terhadap pemberian ekstrak daun
sambilato dengan konsentrasi
berbeda-beda yaitu 30%, 40% dan 50% dan juga pada tikus putih yang hanya diberi
CCL4 sebanyak 50% serta pada pada tikus
putih yang hanya diberi atau diinduksi aquades maka hasilnya berbeda-beda.
Dari table pengamatan ini terlihat
perbedaan kadar SGPT dan SGOT pada tikus putih yang diberi perlakuan hanya
diberi aquadest, diberi CCL4 50%, diberi 30% ekstrak daun sambilato + CCL4,
diberi 40% ekstrak daun sambilato+ CCL4, dan yang diberi 50% ekstrak daun
sambilato +CCL4. Kadar SGPT dan SGOT
terbanyak terdapat pada tikus putih yang diberi perlakauan berupa diberi CCL4
50% tanpa diberi ekstark sambilato.
Selain itu dilakukan juga uji anova satu
factor dan hasilnya adalah:
Dari tabel diatas mennjukan bahwa terdapat
pengaruh yang sangat nyata antara perlakuan dekok atau ekstrak daun sambilato
yang diberikan terhadap kadar SGPT tikus putih yang diberikan perlakuan.
Dari tabel tersebut Nampak bahwa nilai SGPT
tertinggi terdapat pada hewan coba yang diberi CCL4 saja tanpa diberi dekok
atau ekstrak daun sambilato dengan rata-rata kadar SGPT 242.703 U/liter
sedangkan nilai SGPT terendah didapatkan pada control, yaitu yang hanya diberi
aquadest saja tanpa diberi ekstrak daun sambilato maupun CCL4 dengan rat-rata
kadar SGPT 12.205 U/liter sedangkan pada pemberian dekok daun sambilato yang
kemudian diberi CCL4 terlihat bahwa semakin banyak penggunaan dekok daun
sambilato, kadar SGPT nya semakin turun.
Berdasarkan penelitian dan analisis data
yang telah dilakukan terlihat bahwa secara umum perlakuan induksi CCL4 dapat
menyebabkan tingginya kadar SGPT dan SGOT. Pemberian ekstrak daun sambilato
yang semakin tinggi dosisnya menunjukan rata-rata harga SGPT dan SGOT yang
semakin rendah. Hal tersebut ditunjukan oleh perlakuan dengan dekok daun
sambilato dengan dosis 30% menghasilkan rata-rata kadar SGPT adalah 230.732
U/liter dan rata-rata kadar SGOT 240.188 U/liter, perlakuan dengan dekok daun
sambilato dengan dosis 40% menghasilkan rat-rat kadar SGPT adalah 72.953
U/liter dan rata-rat kadar SGOT 85.662 U/liter, sedangkan perlakuan dengan
dekok daun sambilato dengan dosis 50% menghasilkan rata-rata kadar SGPT adalah
63.475 U/liter. Hasil pemeriksaan aktivitas SGOT dan SGPT setelah dilakukan
analisis statistic menggunakan uji anova satu factor menunjukan bahwa ada perbedaan
yang nyata antar pemberian perlakua dosis dekok sambilato dengan dosis yang
berbeda-beda yang kemudian diberi CCL4 pemberian dosis tunggal CCL4 dan kontrol
yang hanya diberi aqudes saja.
Dari
ketiga perlakuan pemberian sambilato dengan berbagi dosis yakni antara lain
pemberian sambilato dosis 30%, 40% dan 50% yang paling efektif untuk menurunkan
kadar SGPT atau SGOT pada tikus putih yang diindikasi CCL4 adalah perlakuan demgan
pemberian sambilato 50%, yakni rata-rata kadar SGOT pada tikus putih yang diindikasi
dengan CCL4 adalah perlakuan dengan pemberian sambilato 50%, yakni rata-rata
kadar SGPT 63.475 U/liter dan rata-rata kadar SGOT 69.499 U/liter. Harga SGPT
ini mendekati harga normal pada tikus putih. Sedang harga SGOTnya sudah
termasuk normal, bila dikaitkan dengan range SGPT dan SGOT yaitu SGPT tikus
putih normal yaitu 17,5-30,2 U/liter. Sedangkan SGOT normal 45,7-80,8 U/liter.
Penurunan harga SGPT dan SGOT pada dosis dekok daun sambilato yang semakin
tinggi ini mungkin disebabkan dosis 50% memiliki kadar andrographolid yang
lebih tinggi dibandingkan dengan dosis pemberian lainnya. Sedangkan
andrographolid merupakan antioksidan yang dapat meredam radikal bebas yang
diakibatkan oleh pemberian CCL4.
Berdasarkan Wahyuni (2005) pengujian SGOT
dan SGPT sebagai indikasi kerusakan hati sampai saat ini terbukti paling
praktis. Produksi peroksida lipid akan menyebabkan integritas membaran membrane
terganggu. Gangguan integritas membrane menyebabkan kelurnya berbagi isi
sitoplasma, antar lain enzim GPT. Efek toksis dari CCL4 dapat mengakibatkan
kerusakan hati yang salah satunya ditandai oleh meningkatnya kadar SGPT dan
SGOT dalam darah. Kadar normal SGOT pada manusia normal adalah 5-40 unit
perliter, sedangkan SGPT 5-35 unit perliter. Kadar normal pada hewan-hewan
percobaan mencit (Mus musculus) memiliki SGPT(2,1-23,8 U/liter) dan SGOT
(23,2-48,4 U/liter), sedangkan tikus putih mempunyai SGPT (17,5-30,2 U/liter)
dan SGOT (45,7-80,8 U/liter).
Meskipun daun sambilato mengandung senyawa
aktif andrographolid yang berfungsi sebagi antioksidan terhadap radikal bebas,
namun dalam daun sambilato juga terdapat senyawa-senyawa lain yang dapat
bekerja sinergis dengan andrographolid, seperti asam askorbat. Sebagi bahan
alam tentu saja juga terkandung senyawa – senyawa yang bekerja antagonis oleh
karena itu dosis yang berlebihan tidak disarankan dalam penggunaanya. Dari
penelitian ini didapatkan hasil yang meyakinkan bahwa dosis daun sambilato 50%
mampu berfungsi sebagai hepatofaktor dengan ditandai dengan menurunnya kadar SGPT
dan SGOT.
Penggunaan dosis ekstrak daun sambilato
telah terbukti dapat menurunkan kadar SGPT dan SGOT pada hati tikus putih yang
mengalami kerusakan, akan tetapi untuk dosis yang digunakan tergantung pada
kerusakan hati yang terjadi pada tikus tesebut karena selain mengandung senyawa
andrographolid senyawa ini juga mengandung senyawa lain yang bersifat
toksik, sehingga apabila digunakan dengan dosis yang berlebihan dapat
mengakibatkan kelainan yang berhubungan dengan struktur hati. Setelah dilakukan
percobaan pada tikus putih dan hasilnya efektif bahwa ekstrak daun sambilato
dapat menrunkan kadar SGP dan SGOT tikus putih yang terkena radikal bebas
berupa CCL4 (karbon tetraklorida) maka ekstrak daun sambilato ini pun bisa
digunakan untuk pengobatan kerusakan hati yang terjadi pada manusia yang tidak
menimbulkan efek yang membahayakan seperti obat-obat kimia lainnya dan tentu
saja penggunaan ekstrak daun sambilato ini pun dengan dosis yang dibutuhkan
tidak kurang ataupun berlebihan.
BAB III
SIMPULAN
Berdasarkan
rumusan masalah yang telah dijelaskan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pemberian ekstrak daun sambilato sangat
berpengaruh terhadap kadar SGPT dan SGOT tikus putih yang terkena ( radikal
bebas ) karbon tetraklorida.
2. Pemberian ekstrak daun sambilato dapat
mengobati struktur mikroanatomi hepar yang terkena radikal bebas.
3. Konsentrasi ekstrak daun sambilato yang
paling baik untuk menurunkan kadar SGPT dan SGOT pada tikus putih yaitu yang
memiliki konsentrasi 50%. Akan tetapi pemberian konsentrasi ekstrak daun
sambilao juga harus disesuaikan dengan kerusakan hepar yang terjadi, karena
pemberian ekstrak daun sambilato yang belebihan juga dapat mengakibatkan efek
negative.
Daftar Pustaka
Andi. 2006.Pengaruh Ekstrak Andrographis
paniculata (Sambilato) Terhadap Kadar Serum Glutamat Pirivat Transaminase
(SGPT) Tikus Wistar Yang di Beri Paracetamol. Karya Tulis Ilmiah
Kedokteran.
Juwita, Ida Lestari. 2011. Efek
Hepatoprotektif Kombinasai Infusa Akar Tapak Lima (Elephanthopus Scaber) dan
Daun Sambilato (Andrographis paniculata). Pada Tikus Yang Diinduksi
Karbon tetraklorida. Skripsi Penelitian Ekstensi Farmasi.
Sagita, Anggraeni. 2006. Pengaruh
Ekstrak Andrographis paniculata (Sambilato) Terhadap Kadar Serum Glutamat
Oskaloasetat Transaminase Pada Tikus Wistar Yang diberi Paracetamol. Karya
Tulis Ilmiah Kedokteran.
Panjaitan, Putri dkk. 2007. Pengaruh
Pemberian Karbon Tetraklorida Terhadap Fungsi Hati dan Ginjal Tikus. Jurnal
Penelitian Kesehatan. Vol.11 No. 1. 11-16.
Wahyuni, Sri. 2005. Pengaruh Daun
Sambilato (Andrographis paniculata) Terhadap Kadar SGPT dan SGOT Tikus
Putih. Jurnal Penelitian Biologi, Vol 1 No, 45-53.
Wulandari, Tri. 2006. Pengaruh Pemberian
Ekstrak Daun Sambilato (Andrographis paniculata) Terhadap Struktur
Mikroanatomi Hepar dan Kadar Glutamat Piruvat Transaminase Serum Mencit (Mus
musculus) Yang Terpapar Diazionin. Skripsi Penelitian Biologi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar