Kamis, 05 November 2015

LAPORAN PENELITIAN BELUT SAWAH (Artikel materi Biologi 3)



LAPORAN PENELITIAN
PENGARUH PADAT PENEBARAN DAN JENIS TANAH TERHADAP
PERTAMBAHAN BERAT DAN PANJANG BADAN
BELUT SAWAH (Monopterus Albus)
                                                Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur
                             Mata Kuliah : Fisiologi Hewan
                 Dosen               : Yuyun Maryuningsih, S.Si, M.Pd.

                                                                    



Disusun Oleh :
Amy Retno Galih (14121620634)



Tarbiyah IPA Biologi C / VI
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI
CIREBON
2015

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh padat penebaran dan jenis tanah terhadap pertambahan berat dan panjang badan belut sawah


















PENGARUH PADAT PENEBARAN DAN JENIS TANAH TERHADAP
PERTAMBAHAN BERAT DAN PANJANG BADAN
BELUT SAWAH (Monopterus Albus)

A.    TUJUAN
1)   Untuk mengetahui pola penebaran yang tepat untuk pertumbuhan belut sawah.
2)   Untuk mengetahui media yang cocok untuk pertumbuhan belut sawah.

B.     Dasar Teori
Kebutuhan protein hewani yang berasal dari ikan bagi masyarakat Indonesia 80 gr/orang/hari, akan tetapi produksi ikan di Indonesia sanagt rendah, sehingga setiap orang makan ikan dibawah jumlah yang diharapkan. Oleh karena itu usaha-usaha di sub sector perikanan perlu lebih ditingkatkan agar konsumsi protein hewani yanag berasal dari ikan bisa terpenuhi. Belut (Monopterus albus) adalah salah satu sumber energi dan protein yang sangat potensial. Saat ini belut bukan hanya dikonsumsi oleh orang-orang pedesaan di Indonesia.
Belut adalah jenis ikan darat yang tidak bersisik dan mampu hidup di air keruh. Hewan ini merupakan ikan darat yang tidak bersirip dan banyak dijumpai didaerah persawahan dan di rawa-rawa. Pada musim kemarau, belut membuat lubang didalam tanah yang lembab sebagai upaya untuk mempertahankan hidup. Di Negara kita, daerah penyebarannya, ada di daerah Jawa, Madura, Bali, NTB, Flores, Sumatera, Kalimantan, hingga Sulawaesi.
Sebagian besar belut dipasaran masih merupakan hasil tangkapan dari alam. Sedangkan budidayanya sangat sedikit dan nyaris terseok-seok. Belut termasuk komoditas perikanan yang membutuhkan perlakuan berbeda dari ikan lain pada umumnya, sebab karakter hidupnya di lumpur yang menjadikannya berbeda. Belut adalah binatang yang tahan hidup lama di dalam lumpur, meski lumpur tersebut sudah tidak ada airnya. Belut dapat bertahan hidup di lumpur karena mempunyai alat pernafasan tambahan berupa kulit tipis berlendir yang terdapat di rongga mulutnya. Kulit tipis berlendir itu berfungsi untuk mendapatkan oksigen secara langsung dari udara. Kalau diperhatikan, belut tangkapan yang di tempatkan di ember dan diberi air, maka belut sesekali akan muncul ke permukaan air dan membuka mulutnya untuk mendapatkan oksigen secara langsung dari udara, karena oksigen yang terdapat di air di dalam ember terbatas.

Belut mengandung protein kadar tinggi selain itu belut juga mempunyai nilai energi 303 kkal per 100 gram daging. Dibandingkan telur dan daging sapi, nilai energi belut jauh lebih tinggi. Bandingkan, nilai energi telur (162 kkal/ 100 g tanpa kulit) dan daging sapi (207 kkal per 100 g). Oleh karena itu belut sangat baik untuk digunakan sebagai sumber energi. Nilai protein pada belut lebih tinggi dibandingkan telur. Nilai protein ini hampir setara dengan daging. Nilai protein belut adalah (18,4 g/ 100 g,) nilai protein daging (18,8 g/ 100g,) sedangkan nilai protein telur (12,8 g/100 g). Seperti jenis ikan lainnya, nilai cerna protein pada belut juga sangat tinggi, sehingga sangat cocok untuk sumber protein bagi semua kelompok usia, dari bayi hingga manula.
Bila dilihat dari kandungannya, belut sangat banyak memiliki manfaat bagi metabolisme tubuh, dimana kandungan proteinnya sangat bermanfaat untuk menjaga kestabilan kondisi tubuh kita. Tapi mesti diperhatikan dalam hal konsumsinya, karena kandungan lemak pada hewan ini cukup tinggi sehingga dapat meningkatkan kolesterol dalam darah. Lemak dapat berfungsi sebagai cadangan energi, tetapi bila kelebihan dapat menjadi sumber penyakit.
Oleh karena itu belut sawah memiliki arti penting bagi peningkatan dan perbaikan gizi masyarakat. Untuk mendapatkan produksi belut yang baik beberapa factor perlu mendapatkan perhatian seperti maknan, benih dan penebaran. Mengenai factor yang terakhir khususnya pada belut sawah belum ada patokan yang pasti sehingga pemeliharan belut masih menggunakan perkiraan. Serta untuk medianya masih banyak yang menggunakan media berbeda-beda dengan konsentarasi yang bermacam-macam.
C.    Materi dan Metode
Penelitian ini menggunakan 20 ekor belut sawah (Monopterus albus) dengan berat badan rata-rata 6,5 gram dan panjang rata-rata 21,5 cm. Belut di pelihara dalam toples dengan diameter 9,5 cm dan tinggi 15 cm.
Toples satu dan dua ini diisi dengan lumpur sawah, jerami padi dan kotoran kambing dan diisi air secukupnya, sedangkan toples tiga dan empat diisi dengan tanah pekarangan, rumput teki dan kotoran kambing serta diisi air secukupnya dan ditempatkan pada tempat yang teduh.
Penelitian ini dilakukan dengan empat perlakuan yaitu perlakuan pada toples A (padat penebaran belut 6 ekor dengan media lumpur sawah, jerami padi, dan kotoran kambing), toples B (padat penebaran 4 ekor belut dengan media lumpur sawah, jerami padi, dan kotoran kambing), toples C (6 ekor belut dengan media tanah pekarangan, rumput teki dan kotoran kambing), toples D (4 ekor belut dengan media tanah pekarangan, rumput teki dan kotoran kambing).
Penanaman belut dilakukan setelah media berumur satu minggu, makanan tambahn tidak diberikan karena makanan alami sudah cukup tersedia dalam media. Data yang diambil berat badan, panjang badan, dan data analisa media penunjang. Data diolah dengan sidik ragam.
D.    Hasil Pengamatan
Tabel perlakuan pada Toples A
Minggu ke
Pertambahan berat badan belut (gram)
Pertambahan panajng badan belut (cm)
1
Belut 1 = 6,5 gram
Belut 2 = 7 gram
Belut 3 = 6,8 gram
Belut 4 = 7 gram
Belut 5 = 7 gram
Belut 6 = 6,9 gram
Rata-rata = 6, 86 gram
Belut 1 = 21,6 cm
Belut 2 = 21 cm
Belut 3 = 20 cm
Belut 4 = 21,5 cm
Belut 5 =  23 cm
Belut 6 = 21 cm
Rata-rata = 21,35 cm
2
Belut 1 = 7 gram
Belut 2 = 7,5 gram
Belut 3 = 7 gram
Belut 4 = 7,3 gram
Belut 5 = 7,4 gram
Belut 6 = 7,3 gram
Rata-rata = 7,25 gram
Belut 1 = 23,2 cm
Belut 2 = 21,8 cm
Belut 3 = 20,7 cm
Belut 4 = 22 cm
Belut 5 =  23,7 cm
Belut 6 = 22 cm
Rata-rata = 22,23 cm
3
Belut 1 = 8,2 gram
Belut 2 = 8,4 gram
Belut 3 = 7,8 gram
Belut 4 = 7,9 gram
Belut 5 = 8 gram
Belut 6 = 8,2 gram
Rata-rata = 8,03 gram
Belut 1 = 24,2 cm
Belut 2 = 22,5 cm
Belut 3 = 22,3 cm
Belut 4 = 23 cm
Belut 5 =  24 cm
Belut 6 = 22,8 cm
Rata-rata = 23,13
4
Belut 1 = 9 gram
Belut 2 = 8,9 gram
Belut 3 = 8 gram
Belut 4 = 8,2 gram
Belut 5 = 8,5 gram
Belut 6 = 8,7 gram
Rata-rata =
Belut 1 = 25 cm
Belut 2 = 23,8 cm
Belut 3 = 22, 9 cm
Belut 4 = 23,8 cm
Belut 5 =  24,7 cm
Belut 6 = 23,2 cm
Rata-rata =


Tabel Perlakuan pada toples B
Minggu ke
Pertambahan berat badan belut (gram)
Pertambahan panajng badan belut (cm)
1
Belut 1 = 6,8 gram
Belut 2 = 6,9 gram
Belut 3 =7,2 gram
Belut 4 = 7,5 gram
Rata – rata =
Belut 1 = 21 cm
Belut 2 = 23 cm
Belut 3 = 22,5 cm
Belut 4 = 23 cm
Rata – rata =
2
Belut 1 = 7,5 gram
Belut 2 = 7,9 gram
Belut 3 = 8,5 gram
Belut 4 = 8,7 gram
Rata – rata =
Belut 1 = 23 cm
Belut 2 = 24,5 cm
Belut 3 = 23,7 cm
Belut 4 = 23,9 cm
Rata – rata =
3
Belut 1 = 8,7 gram
Belut 2 = 8,9 gram
Belut 3 = 9,4 gram
Belut 4 = 9,7 gram
Rata – rata =
Belut 1 = 23,7 cm
Belut 2 = 25,2 cm
Belut 3 = 24,8 cm
Belut 4 = 24,7 cm
Rata – rata =
4
Belut 1 = 9,3 gram
Belut 2 = 9,7 gram
Belut 3 = 10 gram
Belut 4 = 10,7 gram
Rata – rata =
Belut 1 = 24,7 cm
Belut 2 = 25,9 cm
Belut 3 = 25,6 cm
Belut 4 = 25,6 cm
Rata – rata =

Tabel Perlakuan pada toples C
Minggu ke
Pertambahan berat badan belut (gram)
Pertambahan panjang badan belut (cm)
1
Belut 1 = 6,3 gram
Belut 2 = 6,5 gram
Belut 3 = 6,3 gram
Belut 4 = 6,5 gram
Belut 5 = 6,7 gram
Belut 6 = 6,5 gram
Rata-rata =
Belut 1 = 8,1 cm
Belut 2 = 8 cm
Belut 3 = 7,8 cm
Belut 4 = 8 cm
Belut 5 = 7,9 cm
Belut 6 = 8 cm
Rata-rata =
2
Belut 1 = 7,2 gram
Belut 2 = 7,7 gram
Belut 3 = 6,7 gram
Belut 4 = 7,4 gram
Belut 5 = 7,5 gram
Belut 6 = 7,5 gram
Rata-rata =
Belut 1 = 8,2 cm
Belut 2 = 8,1 cm
Belut 3 = 8 cm
Belut 4 = 8,3 cm
Belut 5 = 8 cm
Belut 6 = 8,1 cm
Rata-rata =
3
Belut 1 = 8 gram
Belut 2 = 7,9 gram
Belut 3 = 6,8 gram
Belut 4 = 7,5 gram
Belut 5 = 7,7 gram
Belut 6 = 7,8 gram
Rata-rata =
Belut 1 = 8,3 cm
Belut 2 = 8,4 cm
Belut 3 = 8,3 cm
Belut 4 = 8,4 cm
Belut 5 = 8,1 cm
Belut 6 = 8,3 cm
Rata-rata =
4
Belut 1 = 8,2 gram
Belut 2 = 8 gram
Belut 3 = 7 gram
Belut 4 = 7,2 gram
Belut 5 = 7,8 gram
Belut 6 = 7,9 gram
Rata-rata =
Belut 1 = 8,4 cm
Belut 2 = 8,5 cm
Belut 3 = 8,5 cm
Belut 4 = 8,5 cm
Belut 5 = 8,2 cm
Belut 6 = 8,4 cm
Rata-rata =

Tabel Perlakuan pada toples D
Minggu ke
Pertambahan berat badan belut (gram)
Pertambahan panjang badan belut (cm)
1
Belut 1 = 6,3 gram
Belut 2 = 6,5 gram
Belut 3 = 6,7 gram
Belut 4 = 6,9 gram
Rata – rata =
Belut 1 = 19,5 cm
Belut 2 = 22 cm
Belut 3 = 20 cm
Belut 4 = 21,2 cm
Rata – rata =
2
Belut 1 = 6,4 gram
Belut 2 = 6,7 gram
Belut 3 = 6,8 gram
Belut 4 = 7,1 gram
Rata – rata =
Belut 1 = 19,7 cm
Belut 2 = 22,1 cm
Belut 3 = 20,2 cm
Belut 4 = 21,3 cm
Rata – rata =
3
Belut 1 = 6,7 gram
Belut 2 = 6,9 gram
Belut 3 = 6,9 gram
Belut 4 = 7,2 gram
Rata – rata =
Belut 1 = 19,8 cm
Belut 2 = 22,2 cm
Belut 3 = 20,3 cm
Belut 4 = 21,4 cm
Rata – rata =
4
Belut 1 = 6,8 gram
Belut 2 = 7 gram
Belut 3 = 7,1 gram
Belut 4 = 7,3 gram
Rata – rata =
Belut 1 = 19,9 cm
Belut 2 = 22,4 cm
Belut 3 = 20,5 cm
Belut 4 = 21,6 cm
Rata – rata =

E.     Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan selama tiga puluh hari pada empat perlakuan berbeda dapat diketahui

Tidak ada komentar:

Posting Komentar