LAPORAN PENELITIAN
PENGARUH PADAT PENEBARAN DAN JENIS TANAH TERHADAP
PERTAMBAHAN BERAT DAN PANJANG BADAN
BELUT SAWAH (Monopterus Albus)
Diajukan Untuk Memenuhi Salah
Satu Tugas Terstruktur
Mata
Kuliah : Fisiologi
Hewan
Dosen : Yuyun Maryuningsih, S.Si, M.Pd.
Disusun Oleh :
Amy Retno Galih (14121620634)
Tarbiyah IPA Biologi C / VI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI
CIREBON
2015
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
pengaruh padat penebaran dan jenis tanah terhadap pertambahan berat dan panjang
badan belut sawah
PENGARUH PADAT PENEBARAN DAN JENIS TANAH TERHADAP
PERTAMBAHAN BERAT DAN PANJANG BADAN
BELUT SAWAH (Monopterus Albus)
A. TUJUAN
1) Untuk mengetahui pola penebaran yang tepat
untuk pertumbuhan belut sawah.
2) Untuk mengetahui media yang cocok untuk
pertumbuhan belut sawah.
B. Dasar Teori
Kebutuhan protein hewani yang berasal dari
ikan bagi masyarakat Indonesia 80 gr/orang/hari, akan tetapi produksi ikan di
Indonesia sanagt rendah, sehingga setiap orang makan ikan dibawah jumlah yang
diharapkan. Oleh karena itu usaha-usaha di sub sector perikanan perlu lebih
ditingkatkan agar konsumsi protein hewani yanag berasal dari ikan bisa
terpenuhi. Belut (Monopterus albus) adalah salah satu sumber energi dan
protein yang sangat potensial. Saat ini belut bukan hanya dikonsumsi oleh orang-orang
pedesaan di Indonesia.
Belut adalah jenis ikan darat yang tidak bersisik dan mampu
hidup di air keruh. Hewan ini merupakan ikan darat yang tidak bersirip dan
banyak dijumpai didaerah persawahan dan di rawa-rawa. Pada musim kemarau, belut
membuat lubang didalam tanah yang lembab sebagai upaya untuk mempertahankan
hidup. Di Negara kita, daerah penyebarannya, ada di daerah Jawa, Madura, Bali,
NTB, Flores, Sumatera, Kalimantan, hingga Sulawaesi.
Sebagian besar belut dipasaran masih merupakan hasil
tangkapan dari alam. Sedangkan budidayanya sangat sedikit dan nyaris
terseok-seok. Belut termasuk komoditas perikanan yang membutuhkan perlakuan
berbeda dari ikan lain pada umumnya, sebab karakter hidupnya di lumpur yang
menjadikannya berbeda. Belut adalah
binatang yang tahan hidup lama di dalam lumpur, meski lumpur tersebut sudah
tidak ada airnya. Belut dapat bertahan hidup di lumpur karena mempunyai alat
pernafasan tambahan berupa kulit tipis berlendir yang terdapat di rongga
mulutnya. Kulit tipis berlendir itu berfungsi untuk mendapatkan oksigen secara
langsung dari udara. Kalau diperhatikan, belut tangkapan yang di tempatkan di
ember dan diberi air, maka belut sesekali akan muncul ke permukaan air dan
membuka mulutnya untuk mendapatkan oksigen secara langsung dari udara, karena
oksigen yang terdapat di air di dalam ember terbatas.
Belut mengandung protein kadar tinggi
selain itu belut juga mempunyai nilai energi 303 kkal per 100 gram daging.
Dibandingkan telur dan daging sapi, nilai energi belut jauh lebih tinggi.
Bandingkan, nilai energi telur (162 kkal/ 100 g tanpa kulit) dan daging sapi
(207 kkal per 100 g). Oleh karena itu belut sangat baik untuk digunakan sebagai
sumber energi. Nilai protein pada belut lebih tinggi dibandingkan telur. Nilai
protein ini hampir setara dengan daging. Nilai protein belut adalah (18,4 g/
100 g,) nilai protein daging (18,8 g/ 100g,) sedangkan nilai protein telur
(12,8 g/100 g). Seperti jenis ikan lainnya, nilai cerna protein pada belut juga
sangat tinggi, sehingga sangat cocok untuk sumber protein bagi semua kelompok
usia, dari bayi hingga manula.
Bila dilihat dari kandungannya, belut
sangat banyak memiliki manfaat bagi metabolisme tubuh, dimana kandungan
proteinnya sangat bermanfaat untuk menjaga kestabilan kondisi tubuh kita. Tapi
mesti diperhatikan dalam hal konsumsinya, karena kandungan lemak pada hewan ini
cukup tinggi sehingga dapat meningkatkan kolesterol dalam darah. Lemak dapat
berfungsi sebagai cadangan energi, tetapi bila kelebihan dapat menjadi sumber
penyakit.
Oleh karena itu belut sawah memiliki arti
penting bagi peningkatan dan perbaikan gizi masyarakat. Untuk mendapatkan
produksi belut yang baik beberapa factor perlu mendapatkan perhatian seperti
maknan, benih dan penebaran. Mengenai factor yang terakhir khususnya pada belut
sawah belum ada patokan yang pasti sehingga pemeliharan belut masih menggunakan
perkiraan. Serta untuk medianya masih banyak yang menggunakan media
berbeda-beda dengan konsentarasi yang bermacam-macam.
C. Materi dan
Metode
Penelitian ini menggunakan 20 ekor belut
sawah (Monopterus albus) dengan berat badan rata-rata 6,5 gram dan
panjang rata-rata 21,5 cm. Belut di pelihara dalam toples dengan diameter 9,5
cm dan tinggi 15 cm.
Toples satu dan dua ini diisi dengan lumpur
sawah, jerami padi dan kotoran kambing dan diisi air secukupnya, sedangkan
toples tiga dan empat diisi dengan tanah pekarangan, rumput teki dan kotoran
kambing serta diisi air secukupnya dan ditempatkan pada tempat yang teduh.
Penelitian ini dilakukan dengan empat
perlakuan yaitu perlakuan pada toples A (padat penebaran belut 6 ekor dengan
media lumpur sawah, jerami padi, dan kotoran kambing), toples B (padat
penebaran 4 ekor belut dengan media lumpur sawah, jerami padi, dan kotoran
kambing), toples C (6 ekor belut dengan media tanah pekarangan, rumput teki dan
kotoran kambing), toples D (4 ekor belut dengan media tanah pekarangan, rumput
teki dan kotoran kambing).
Penanaman belut dilakukan setelah media
berumur satu minggu, makanan tambahn tidak diberikan karena makanan alami sudah
cukup tersedia dalam media. Data yang diambil berat badan, panjang badan, dan
data analisa media penunjang. Data diolah dengan sidik ragam.
D. Hasil
Pengamatan
Tabel perlakuan pada Toples A
Minggu ke
|
Pertambahan berat badan belut (gram)
|
Pertambahan panajng badan belut (cm)
|
1
|
Belut 1 = 6,5 gram
Belut 2 = 7 gram
Belut 3 = 6,8 gram
Belut 4 = 7 gram
Belut 5 = 7 gram
Belut 6 = 6,9 gram
Rata-rata = 6, 86 gram
|
Belut 1 = 21,6 cm
Belut 2 = 21 cm
Belut 3 = 20 cm
Belut 4 = 21,5 cm
Belut 5 = 23 cm
Belut 6 = 21 cm
Rata-rata = 21,35 cm
|
2
|
Belut 1 = 7 gram
Belut 2 = 7,5 gram
Belut 3 = 7 gram
Belut 4 = 7,3 gram
Belut 5 = 7,4 gram
Belut 6 = 7,3 gram
Rata-rata = 7,25 gram
|
Belut 1 = 23,2 cm
Belut 2 = 21,8 cm
Belut 3 = 20,7 cm
Belut 4 = 22 cm
Belut 5 = 23,7 cm
Belut 6 = 22 cm
Rata-rata = 22,23 cm
|
3
|
Belut 1 = 8,2 gram
Belut 2 = 8,4 gram
Belut 3 = 7,8 gram
Belut 4 = 7,9 gram
Belut 5 = 8 gram
Belut 6 = 8,2 gram
Rata-rata = 8,03 gram
|
Belut 1 = 24,2 cm
Belut 2 = 22,5 cm
Belut 3 = 22,3 cm
Belut 4 = 23 cm
Belut 5 = 24 cm
Belut 6 = 22,8 cm
Rata-rata = 23,13
|
4
|
Belut 1 = 9 gram
Belut 2 = 8,9 gram
Belut 3 = 8 gram
Belut 4 = 8,2 gram
Belut 5 = 8,5 gram
Belut 6 = 8,7 gram
Rata-rata =
|
Belut 1 = 25 cm
Belut 2 = 23,8 cm
Belut 3 = 22, 9 cm
Belut 4 = 23,8 cm
Belut 5 = 24,7 cm
Belut 6 = 23,2 cm
Rata-rata =
|
Tabel Perlakuan pada toples B
Minggu ke
|
Pertambahan berat badan belut (gram)
|
Pertambahan panajng badan belut (cm)
|
1
|
Belut 1 = 6,8 gram
Belut 2 = 6,9 gram
Belut 3 =7,2 gram
Belut 4 = 7,5 gram
Rata – rata =
|
Belut 1 = 21 cm
Belut 2 = 23 cm
Belut 3 = 22,5 cm
Belut 4 = 23 cm
Rata – rata =
|
2
|
Belut 1 = 7,5 gram
Belut 2 = 7,9 gram
Belut 3 = 8,5 gram
Belut 4 = 8,7 gram
Rata – rata =
|
Belut 1 = 23 cm
Belut 2 = 24,5 cm
Belut 3 = 23,7 cm
Belut 4 = 23,9 cm
Rata – rata =
|
3
|
Belut 1 = 8,7 gram
Belut 2 = 8,9 gram
Belut 3 = 9,4 gram
Belut 4 = 9,7 gram
Rata – rata =
|
Belut 1 = 23,7 cm
Belut 2 = 25,2 cm
Belut 3 = 24,8 cm
Belut 4 = 24,7 cm
Rata – rata =
|
4
|
Belut 1 = 9,3 gram
Belut 2 = 9,7 gram
Belut 3 = 10 gram
Belut 4 = 10,7 gram
Rata – rata =
|
Belut 1 = 24,7 cm
Belut 2 = 25,9 cm
Belut 3 = 25,6 cm
Belut 4 = 25,6 cm
Rata – rata =
|
Tabel Perlakuan pada toples C
Minggu ke
|
Pertambahan berat badan belut (gram)
|
Pertambahan panjang badan belut (cm)
|
1
|
Belut 1 = 6,3 gram
Belut 2 = 6,5 gram
Belut 3 = 6,3 gram
Belut 4 = 6,5 gram
Belut 5 = 6,7 gram
Belut 6 = 6,5 gram
Rata-rata =
|
Belut 1 = 8,1 cm
Belut 2 = 8 cm
Belut 3 = 7,8 cm
Belut 4 = 8 cm
Belut 5 = 7,9 cm
Belut 6 = 8 cm
Rata-rata =
|
2
|
Belut 1 = 7,2 gram
Belut 2 = 7,7 gram
Belut 3 = 6,7 gram
Belut 4 = 7,4 gram
Belut 5 = 7,5 gram
Belut 6 = 7,5 gram
Rata-rata =
|
Belut 1 = 8,2 cm
Belut 2 = 8,1 cm
Belut 3 = 8 cm
Belut 4 = 8,3 cm
Belut 5 = 8 cm
Belut 6 = 8,1 cm
Rata-rata =
|
3
|
Belut 1 = 8 gram
Belut 2 = 7,9 gram
Belut 3 = 6,8 gram
Belut 4 = 7,5 gram
Belut 5 = 7,7 gram
Belut 6 = 7,8 gram
Rata-rata =
|
Belut 1 = 8,3 cm
Belut 2 = 8,4 cm
Belut 3 = 8,3 cm
Belut 4 = 8,4 cm
Belut 5 = 8,1 cm
Belut 6 = 8,3 cm
Rata-rata =
|
4
|
Belut 1 = 8,2 gram
Belut 2 = 8 gram
Belut 3 = 7 gram
Belut 4 = 7,2 gram
Belut 5 = 7,8 gram
Belut 6 = 7,9 gram
Rata-rata =
|
Belut 1 = 8,4 cm
Belut 2 = 8,5 cm
Belut 3 = 8,5 cm
Belut 4 = 8,5 cm
Belut 5 = 8,2 cm
Belut 6 = 8,4 cm
Rata-rata =
|
Tabel Perlakuan pada toples D
Minggu ke
|
Pertambahan berat badan belut (gram)
|
Pertambahan panjang badan belut (cm)
|
1
|
Belut 1 = 6,3 gram
Belut 2 = 6,5 gram
Belut 3 = 6,7 gram
Belut 4 = 6,9 gram
Rata – rata =
|
Belut 1 = 19,5 cm
Belut 2 = 22 cm
Belut 3 = 20 cm
Belut 4 = 21,2 cm
Rata – rata =
|
2
|
Belut 1 = 6,4 gram
Belut 2 = 6,7 gram
Belut 3 = 6,8 gram
Belut 4 = 7,1 gram
Rata – rata =
|
Belut 1 = 19,7 cm
Belut 2 = 22,1 cm
Belut 3 = 20,2 cm
Belut 4 = 21,3 cm
Rata – rata =
|
3
|
Belut 1 = 6,7 gram
Belut 2 = 6,9 gram
Belut 3 = 6,9 gram
Belut 4 = 7,2 gram
Rata – rata =
|
Belut 1 = 19,8 cm
Belut 2 = 22,2 cm
Belut 3 = 20,3 cm
Belut 4 = 21,4 cm
Rata – rata =
|
4
|
Belut 1 = 6,8 gram
Belut 2 = 7 gram
Belut 3 = 7,1 gram
Belut 4 = 7,3 gram
Rata – rata =
|
Belut 1 = 19,9 cm
Belut 2 = 22,4 cm
Belut 3 = 20,5 cm
Belut 4 = 21,6 cm
Rata – rata =
|
E. Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
selama tiga puluh hari pada empat perlakuan berbeda dapat diketahui
Tidak ada komentar:
Posting Komentar