Jumat, 30 Oktober 2015

Terjemah Jurnal Cooperative Learning



PENDAHULUAN
Biologi adalah salah satu cabang dari ilmu pengetahuan. Ilmu tersebut dapat meningkatkan aspek social, ekonomi dan kehidupan. Kurangnya landasan ilmu pengetahuan biologi di SMA akan membahayakan prestasi dan usaha masa depan siswa. Penelitian pembelajarn biologi di tingkat SMA ini membantu keterampilan dasar pengetahuan tentang lingkungan mereka.
Prestasi biologi peserta didik yang kurang disebabkan oleh berbagai factor. Faktor negative itu mempengaruhi prestasi siswa. Beberapa factor tersebut diantaranya siswa tidak meyukai pembelajaran biologi, kurangnya persiapan guru dalam mengajar, pembelajaran yang dilakukan guru kurang menarik atau bersifat monoton. Banyak siswa merasa tidak senang belajar biologi, karena sebagian besar dari mereka tidak senang dengan metode pembelajaran yang dipakai.
Guru biologi hanya menggunakan metode pembelajaran konvensional atau satu arah, strategi ini tidak mendorong keterlibatan siswa lebih dalam. Dalam pembelajaran konvensional pendekatan pembelajaran yang digunakan bersifat umum atau biasa. Sebagian siswa biasanya melakukan pembelajaran biologi dengan mendengarkan penjelasan guru, merangkum, dan mengerjakan latihan. Siswa bersifat pasif hanya menrima informasi yang diberikan atau disampaikan oleh guru. Pembelajaran biologi konvensional biasanya hanya bertujuan untuk menguasai teks book, untuk melengkapai tugas, dan berorintasi pada ujian akhir. Sejak siswa diajarkan menggunakan metode konvensioanl siawa tidak mendapatkan pengetahuan yang baik dari pembelajaran biologi. Teknik pembelajaran yang baik yang dilakukan oleh guru adalah pembelajaran yang mana siswa ikut serta aktif dalam pembelajaran tersebut. pembelajaran yang efektif mungkin bias dicapai dengan mengintegrasikan sebuah strategi pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan metakognitif siswa. Pembelajaran kontruktivistik pembelajaran berpusat pada siswa atau student senter, pembelajaran tidak berpusat pada guru saja. Ini membuat pelajar harus lebih memahami materi pembelajaran dan memiliki tanggunga jawab untuk belajar.
METAKOGNITIF
Metakognitif mengacu pada salah satu pengetahuan salah satu proses metakognitif atau sesuatu yang berhubungan dengannya (Flavell,!1976). Contoh sederhana metakognitif yaitu berfikir tentang pemikiran atau fikiran. Brown (1987) mengelompokkan metakognitik kedalam dua kategori : pengetahuan dari kognisi dan regulasi dari kognisi. Pengetahuan dari kognisi merujuk kekegiatan itu melibatkan refleksi sadar kemampuan kognitif pada satu kegiatan. Pengetahuan kognitif merujuk pada kegiatan yang melibatkan refleksi sadar pada satu kemampuan. Peraturan kognisi mengacu pada kegiatan mengenai regulasi diri selama mekanisme mencoba untuk belajar. Setiap proses metode yang diujikan kepada siswa adalah methode yang akan mereka gunakan kembali, mengembangkan atau memperluas informasi untuk menjadi metakognitif di alam, (Everson! et.al.1998). Dengan kemampuan kognitif peserta didik sadar “ tahu apa yang harus mereka lakukan ketika mereka tidak atahu apa yang harus mereka lakukan, (Countinbo,! 2007). Dengan kata lain mereka memiliki strategi untuk menemukan pekerjaan dengan apa yang mereka lakukan dan butuhkan. Strategi metakognitif dirancang untuk memantau proses kognitif. Strategi metakognitif adalah proses memrintah. Kegiatan metakognitif dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa..Seorang siswa yang memiliki kemampuan metakognitif yang bagus kesadaran mengawasi untuk setiap pembelajrannya, merencanakan dan mengawasi aktifitas kognitif. Ini digunakan untuk myetukan cara berfikir seseorang dan bisa memimpin pembelajaran lebih baik dengan kinerja yang lebih tinggi atau bagus, terutama antar siapapun tentang topic yang akan lebih menantang untuk guru. Guru akan merubah mindset atau cara berfikirnya dan menimbulkan pertanyaan yang benar-benar membutuhkan analisis guru ling lainnya untuk pengalaman dan pengetahuan, menentukkan proses yang mungkin siswa gunakan dan merumuskan pertanyaan yang sesuai. Beberapa dari pertanyaan tersebut berada selama proses diskusi dan dapat bermakna dan multifaset. Hartman (2001) berpendapat bahwa mengajar dengan strategi metakognitif berarti guru tersebut akan berfikir tentang bagaimana perintah tersebut akan mengembangkan dan mengaktifkan metakognitif siswa.
KOOPERATIF LEARNING
Bilgin,I.et.al.(2006),and Chang,C7Y,& Mao,S7L, (1999) berpendapat bahwa kooperatif learning adalah proses kegiatan pembelajaran aktif, dan berusaha untuk kemampuan berfikir kritis, kemampuan menlar, menyelesaikan masalah dan keterampilan peserta didik.Stevens,R.,& pembelajaran dilihat dari keberhasilan atau kemampuan metakognitif siswa.Mereka menggunakan fasilitas. Mereka menekankan hal tersebut pada peserta didik, beberapa dari mereka mungkin berfikir biasa “merubah” atau menolak berbicara disebuah pengetahuan pengetahuan sederhana, menjadi terlibat aktif dalam proses belajar  dalam interaksi pembelajaran kelompok. Chang.et.al (1999) menyatakan bahwa setiap strategi pembelajaran kooperatif ketika digunakan dengan tepat bias membuat siswa menjadi aktif tidak berpaku pada teori, menghafal ingatan tentang kenyataan atau fakata dan pembelajaran level sedang. Metode ini yang menghasilkan perubahan pembelajaran untuk lebih meningkatkan pemahaman dari semua anggota kelompok koopertaif learning. Terlepas dari manfaat akademik kooperatif learning juga menghasilkan keunggulan penghargaan diri, hubungan pribadi, dan menyesuaikan sikap terarah di sekolah dan rekan-rekan. (Bilgin, I.et.al.2006). Dalam pembelajaran kooperatif leraning murid-murid memiliki peluang untuk saling mendiskusikan jawaban mereka dengan sesame siswa. Murid-murid bisa menuliskan jawaban dari pertanyaan mendiskusikan dengan sesama anggota kelompok yang berada dikelas, kelompok siswa-siswa tersebut mendiskusikan apa yang mereka fikirkan, menganalisis posisi mereka, menjelaskan poin atau pendapat, pandanagan mereka kepada teman-teman sekelasnya. Dengan bertukar informasi dengan sesame anggota kelompok dikelas, siswa akan menjadi dapat mengevaluasi sendiri dengan pengumpulan data sementara dari teman-teman sekelas. Guru juga akan memiliki kesempatan untuk mengevaluasi siswa, ‘pada pemahaman dari kandungan atau isi diskusi.
METODE METAKOGNITIF KOOPERATIF LEARANING
Proses pembelajran yang berpusat pada siswa adalah karakteristik dari kooperatif dan kolaborasi pembelajaran antara pelajar dan lingkungannya. Dua metode yang dibandingkan pada percobaan ini adalah (i) metode metakognitif kooperatif learning dan (ii) metode biasa (tradisional). Piaget menyebutnya kegiatan atau aktivitas ketika anak bias terlibat dikegiatannya sendiri. Bruner, Gandhi dan Pestalozzi juga menekankan pembelajaran dengan melakukan hal tersebut. Disampaing mengajar guru juga memberikan kegiatan dilingkungan yang relevan dengan materi. Kooperatif learning adalah sebuah jawaban untuk melengkapai kompetitif dalam pembelajaran. Zaman sekarang guru membutuhkan teknik mengajar dimana subjek akan lebih cepat memahami materi dengan cara yang efisien. Pengetahuan metakognitif seseorang sanagat penting dibutuhkan dalam pembelajaran dikelas. Pengetahuan metakognitif dalam mengerjakan tugas, ketika kita berfikir bagaimana akan mengerjakannya. Dalam cara serupa kooperratif learning merujuk kesebuah tekhnik intruksi tekhnkin dima murid belajar dalam kelompok-kelompok kecil dan kinerjanya diharagai dalam kelompoknya. Strategi ini berdasarkan pisikologi kerjasama dan kompetensi murid didalam kelas. Disini murid mengerjakan bersama-sama tujuannya memotivasi diri sendiri agar tidaka bergantung pada orang lain, memudahkan dalam mengerjakan tugas, meningkatkan hubungan yang positif antar sesame anggota kelompok. Jadi, metakognitif kooperatif learning akan meningkatkan kinerja di dalam kelas lebih baik. Dalam konteks ini metakognitif kooperatif learning sangat berguna dan dapat disesuaikan oleh setiap guru. Sejak strategi belajar bias diajarkan kita bias membantu murid untuk bisa tau apa yang harus mereka lakukan, kapan mereka belajar. Dengan latar belakang teoritis ini sebuah penelitian dilakukan untuk meneliti efektifitas dari metakognitif metode kooperatif learning pada prestasi biologi.
Rumah dianggap sebagai sebuah sekolah pertama untuk setiap individu dan itu adalah salah satu  elemen yang mendasar dalam masyarakat. Oleh karena itu lingkungan hidup dirumah memainkan peran penting pada pengembangan setiap individu dalam prespektif sosiologi. Pencapaian dan prestasi setiap muurid tergantung pada lingkungan yang diberikan oleh para orang tua dirumah kepada mereka. Mengingat pentingnya lingkungan dirumah pada pembelajaran sekarang telah disertakan “Rumah Lingkungan” sebagi salah satu factor yang mempenagruhi sosiologis. Sikap memainkan peran penting dalam kalangan individu. Untuk menuju pembelajaran yang lebih menarik sikap memiliki peranan tersendiri. Jika sikap positip maka akan menjadikan pembelajaran lebih baik sebaliknya jika tempatnya kurang baik maka tidak akan ada kesempatan pembelajaran lebih baik. Karenya sikap terhadap konsep belajar apapun atau subjek memainkan peran signifikan. Oleh karena itu hadirnya penelitian memiliki facto pisikologis lain, yaitu sikap menuju belajar biologi antara siswa higher secondary school.
Penelitian ini untuk mengukur prestasi dari siswa higher of secondary dalam pembelajaran biologi, menggunakan model metakognitif metode kooperatif learning dengan rumah linhkungan hidup sebagi factor sosiologis, sikap pada pembelajaran biologi sebagi factor sosiologis dan kesadaran metakognitif sebagai factor metakognitif. Oleh karena itu penelitian tidak hanya berkonsentarsi pada mengembangkan kemampuan metakognitif pendekatan startegi di kooperatif learning dan efektifitasnya, akan tetapi juga bertujuan untuk mempelajari intervensi factor biologi dikalangan siswa higher secondary.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk :
        i.            Mengembangkan model, startegi metakognitif pada pembelajaran biologi untuk standar siswa kelas XI
      ii.            Untuk menemukan apakah ada perbedaan signifikan anatara kelas kontrol dan kelas eksperimen dalam hasil belajar siswa siswa secondary school.
    iii.            Untuk menemukan apakah ada perbedaan yang signifikan anatar kelompok control dan kelompok eksperimen dalam mendapatkan skor pada pencapaian dari tujuan pengetahuan, pemahaman dan aplikasi pada siswa secondary school.
    iv.            Untuk menemukan apakah ada perbedaan signifikan anatara kelompok control dan kelompok eksperimen dalam aspek retensi skor test siswa higher secondary.
      v.            Untuk menemukan apakah ada pengaruh signifikan pengaruh dari rumah lingkungan dalam mendapatkan skor  pada kelas control dan kelas eksperimen.
    vi.             

Selasa, 27 Oktober 2015

Laporan Field Trip KIMDAS (Pabrik Susu SGM)



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Pada zaman dahulu, susu telah dipakai sebagai bahan pokok pangan manusia. Manusia mengambil susu dari hewan yang memiliki kelenjar susu, seperti sapi, kuda dan domba. Sapi dan domba mulai dijinakkan sejak 8000 SM untuk diambil daging, bulu dan susunya. Di Timur Tengah, susu bahkan terfermentasi menjadi keju oleh para pengembara gurun di sana.
Diperkirakan susu mulai masuk ke dataran Eropa pada abad 5000 SM melewati daerah Anatolia. Sementara, susu mulai masuk ke Inggris pada periode Neolitik. Penggunaan keju dan susu dari Timur Tengah lewat Turki mulai dikenal oleh bangsa Eropa pada zaman Pertengahan.[rujukan?] Kemudian, pada abad ke-15, para pelaut mulai membawa sapi perah untuk dipelihara dan diternakkan di dataran Eropa untuk konsumsi susu.
Susu sapi sendiri baru dikenal oleh bangsa Indonesia lewat penjajahan Hindia Belanda pada abad ke18. Nutrisi hewan mamalia
Sebagian besar hewan mamalia, termasuk manusia, susu diberikan oleh induk melalui kelenjar susu induk. Beberapa kebudayaan meneruskan kebiasaan memberi air susu kepada bayi nya hingga umurnya mencapai 7 tahun.
Gizi untuk manusia. Di beberapa bangsa, terutama bangsa Eropa, meminum susu telah menjadi kebiasaan yang lumrah dilakukan setiap sarapan. Susu terus diproduksi dengan cara mendirikan peternakan sapi perah. Pada zaman ini, susu tidak hanya diminum, melainkan diubah bentuknya menjadi margarin, yogurt bahkan es krim. Susu pun terus dikembangkan seiring dengan kemajuan zaman. Di Eropa, industri susu sangat maju dalam hal teknologi dan kualitas susu itu sendiri.
Susu-susu yang diproduksi di Eropa, rata-rata mengandung kandungan gizi yang tinggi. Ini sangat baik bagi kesehatan dan pertumbuhan kita. Hal ini yang menyebabkan, tinggi rata-rata orang Eropa jauh dari tinggi rata-rata orang Asia. Susu mengandung banyak sekali kalsium yang dapat menguatkan tulang.


B.  Rumusan Masalah
1.    Alat dan bahan apa  saja yang digunakan dalam pembuatan susu?
2.    Proses kimia apa saja yang digunakan dalam pembuatan susu? Jelaskan prosesnya!
3.    Produk apa saja yang dihasilkan dalam pengolahan susu tersebut?
4.    Apakah ada perbedaan proses pengolahan dari jenis-jenis produk susu tersebut?
5.    Proses kimia apa saja yang membedakan pengolahan hasil produk susu SGM tersebut?
6.    Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan rusaknya mutu susu?
7.    Bagaimana kendali mutu yang dilakukan untuk menjaga mutu produk susu secara kimia?
8.    Metode apa yang digunakan dalam analisis mutu kimia pada susu SGM, jelaskan!
9.    Bahaya apa saja yang diakibatkan menkonsumsi susu?
10.    Upaya apa saja yang dilakukan  pabrik susu SGM agar limbah pengolahan   susu tidak mencemari lingkungan?

C.  Tujuan
1.    Untuk mengetahui proses pembuatan susu SGM.
2.    Untuk mengetahui apa saja alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan susu SGM.
3.    Untuk mengetahui proses kimia yang terjadi pada pembuatan susu SGM.







BAB II
PEMBAHASAN
A.  Sejarah Perkembangan Susu
SGM (Susu Gula Minyak) merupakan produk susu formula bayi yang diproduksi oleh PT. Sari Husada Tbk, perusahaan pertama di Indonesia yang mengkhususkan diri memproduksi susu bayi sejak tahun 1965.
Sejarah berdirinya PT. Sari Husada Tbk adalah berkat kerjasama Pemerintah tanah air dengan UNICEF untuk mengatasi problematika gizi di Indonesia pada saat itu. 45 tahun sudah usia susu SGM di Indonesia, terbilang senior dibandingkan produk-produk merk lain.
Setelah sekian lama berkecimpung di bidang susu formula bayi, susu SGM telah membuktikan diri mampu membantu anak-anak Indonesia untuk memenuhi kebutuhan gizinya sejak lahir, SGM telah mendukung tumbuh kembang anak-anak Indonesia sehingga menjadi putra bangsa yang cerdas dan berkualitas. Namun, daya tarik SGM terus mengalami penurunan bersamaan dengan bermunculannya produk-produk susu bayi lain di tanah air. Padahal, harga susu SGM tergolong paling murah, untuk ukuran 300 gr dipatok dengan harga Rp 20.000 -an sementara ukuran yang paling besar berkisar Rp 50.000.
Selain itu, kemasan susu yang paling kecil berukuran 150 gr dimana susu yang lain minimal 200 gr. Namun, kelemahan produk SGM terletak pada kemasan susu yang semua ukuran diproduksi dengan kotak karton dan tidak menyediakan sendok takar pada tiap kemasan. Sehingga, Anda harus menyediakan toples dan sendok takar sendiri ketika menggunakan SGM. Dalam segi kandungan nutrisi, produk SGM mengandung FOS, AHA dan DHA, mineral, protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan air seperti kebanyakan kandungan susu formula lain. Kelebihan kandungan SGM terletak pada rasanya yang tidak terlalu “eneg” dan beraroma buat anak-anak.
Selain itu, jenis produk susu SGM juga dibagi berdasarkan usia bayi, seperti SGM 1 diperuntukan bagi bayi usia 0-6 bulan, SGM 2 untuk bayi usia 6 bulan keatas, SGM 3 untuk bayi usia 1 tahun ke atas, dan SGM 4 untuk bayi usia 4 tahun ke atas.

B.  Peresmian Mini Pabrik Sari Husada
Sebagian kita mungkin sudah mengenal produk susu pertumbuhan yang diberi nama SGM3 dan SGM4.  Tetapi pernahkah kita mengetahui proses pembuatan produk-produk Susu pertumbuhan yang diperuntukan bagi anak ini? Untuk memberi pemahaman kepada masyarakat bagaimana proses pengolahan susu SGM,  PT.  Sari Husada  yang lahir dan besar di Yogyakarta ini  membuka sebuah wahana edukasi industri pengolahan susu Sari Husada  yang diberi nama Mini Pabrik atau miniplant .
Mini pabrik ini terletak di Gedung Kotak Lantai II  Taman Pintar Yogyakarta. Di dalam Wahana Mini pabrik  berukuran 5,8 x 8,5 meter persegi ini pengunjung dapat melihat secara langsung tahapan-tahapan proses pengolahan susu formula dari tahap pemerahan susu hingga produk jadi dan siap didistribusikan. Mini pabrik Sari Husada diresmikan Walikota Yogyakarta, H. Herry Zudianto ini, menyediakan alat peraga berupa replika sapi perah dan replica mini pabrik.  Replika sapi perah dimaksudkan  membei pembelajaran bagi anak-anak tentang proses pemerahan susu sapi sebagai bahan baku utama pembuatan susu formula. Sedangkan replica mini pabrik bertujuan memberikan pembelajaran tentang proses produksi pada industri pengolahan susu.
Dengan mengambil diasi asli dari pabrik produksi PT. Sari Husada dalam mini pabri ini pengunjung diajak melihat gambaran tentang PRESINUTRI SGM (Pusat Riset Inovasi Nutrisi ) yang terdiri dari  Miniatur Pusat Riset dan Pengembangan  dimana pengunjung melihat simulasi tahapan riset pembuatan susu pertumbuhan dengan formulasi nutrisi tepat termasuk menambahkan rasa dan aroma. Selain itu ada simulasi tahapan  uji coba dimana produk akan dites oleh masyarakat umum tentang cita rasa produk. Dilanjutkan dengan simulasi uji klinis untuk mengetahui kualitas,  kemanan dan ketepan nutrisi  yang dibutuhkan. Di dalam mini pabriini juga ada miniature laboratorium kimia, fisika, mikrobiologi pathogen dan nonpatogen  serta miniature pralatan canggih lainnya.
Presiden direktur  PT. Sari Husada Budi Isman mengatakan sebagai perusahan nutrisi yang senantiasa membantu memenuhi kebutuhan nutrisi anak bangsa selama 55 tahun, Pt. Sari Husada ingin mengenalkan kecanggihan proses pengolahan susu pertumbuhan  kepada masyarakat.
Untuk itu PT. Sari Husada bekerja sama dengn emkot Yogyakarta  mengahdirkan wahana pendidikan dan hiburan terbaru di Taman Pintar. Menurutnya wahana ini merupakan satu-satunya wahana yang dibuat PT. Sari Husada di Yogyakarta dan tidak ada di tempat lain di Indonesia.
Sementara itu Walikota Yogyakarta H. Herry Zudianto  menyampaikan rasa terima kasihnya kepada PT. Sari Husada yang sejak awal pendirian Taman Pintar sudah mendukung penuh Taman Pintar.  Berkaitan dengan hadirnya mini pabrik di Taman Pintar Walikota sekali lagi memberikan apresiasi yang  tinggi kepada PT. Sari Husada . Herry berharap  dengan adanya wahana baru berupa mini pabrik pengolahan susu formula  ini masyarakat  Yogyakarta dan khususnya anak-anak  mendapatkan pengetahuan baru serta gambaran mengenai proses pengolahan susu yang berkualitas.” Apa yang didapat anak di sekolah dalam berbagai mata pelajaran  di sekolah seperti IPA, Kimia, dan Fisika dapat diaplikasikan dalam wahana ini. Melalui wahana ini anak akan dapat mempelajari secara aplikatif proses kimiawi yang disebut dengan sterilisasi ataupun pasterurisasi,” ujar Herry.

C.  Alat dan bahan yang digunakan pada saat proses pembuatan susu
Alat :
1.        Vibro Fluidizer                              16. Air Heater
2.        Pasteorizera                                   17. Spray Dryer
3.        Vegetable oil Tank                        18. Cyclone
4.        Raw Material                                 19. Vibro fluidize
5.        High Speed Mixer                         20. Sifter
6.        Conpunding Tank                          21. Silo
7.        Filter                                              22. Raw material
8.        Pasteorizera                                   23. Blender
9.        Homogenizer                                 24. Filling hoper dan packing
10.    Cooler                                            25. X-ray, Barcode Scaner dan
11.    Cooler                                                  Chek weigher



12.    Evaporator
13.    Consistator
14.    Duplex filter
15.    High pressure pump

Bahan:
1.        Gula
2.        Minyak nabati
3.        Susu
4.        FOS
5.        AHA
6.        Protein
7.        Mineral
8.        DHA
9.        Karbohidrat
10.    Vitamin
11.    Air

D.  Proses kimia yang terjadi pada saat pembuatan susu.
1.    Proses kimia dalam pembuatan susu diawali dengan alat Pasturizer yang berfungsi untuk mematikan bakteri berbahaya yang ada dalam susu segar.
2.     menyeragamkan globula – globula lemak agar terlarut kembali kedalam material susu.
3.     menghambat pertumbuhan bakteri, serta mencegah pemanasan lebih lanjut yang bisa menyebabkan perusakan protein dan zat gizi yang terdapat dalam susu bubuk.






E.  Produk yang dihasilkan dalam pengolahan susu.
1.    SGM 1 Susu Bubuk Bayi usia 0 – 6 bulan 
2.    SGM 2 Susu Bubuk Bayi usia 6 – 36 bulan  
3.    SGM 3 Madu
4.    SGM 3 Vanila
5.    SGM 4 Cokelat
6.    SGM LLM

F.   Apakah ada perbedaan pada saat proses pengolahan dari jenis produk – produk susu?
Jawab : untuk proses pengolahan tidak ada perbedaan, akan tetapi yang mengalami perbedaan yaitu dari segi kandungannya, dikarenakan kandungan susu tersebut ada 2 kemungkinan berbeda, yaitu dari kandungan susu balita sampai kandungan susu anak – anak, dewasa dan untuk ibu – ibu hamil.

G. Faktor – faktor yang menyebabkan merusaknya mutu susu.
a.    faktor–faktor yang mempengaruhi rusaknya mutu susu adalah:
1)   Kesehatan sapi.
Kesehatan sapi sangat berpengaruh terhadap kualitas susu yang dihasilkan, sapi yang sehat tentunya akan menghasilkan susu dengan kualitas yang baik berbeda halnya dengan sapi yang tidak sehat.
2)   Keadaan kandang sapi
Kandang sapi yang bersih akan berdampak terhadap susu yang dihasilkan, tetapi jika kandang sapi tidak bersih dan tidak sehat maka jumlah bakteri dalam susu dapat naik dengan cepat. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan yakni pencucian lantai kandang, ventilasi, penerangan serta saluran pembuangan air.
3)   Kesehatan pemerah atau pekerja
Pekerja dan semua orang yang berhubungan dengan pemerahan maupun pengolahan susu harus terjamin kebersihannya. Hal ini penting agar kontaminasi silang antara pekerja dengan susu tidak terjadi dan dapat menekan jumlah bakteri di dalam susu.
4)   Pemeriksaan terhadap penyakit menular
Pemeriksaan terhadap panyakit menular pada sapi perah yang sangat berbahaya baik pada sapi itu sendiri maupun bagi konsumen, yakni penyakit TBC dan Brucellosis, maka sebelum pemerahan dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan terhadap kemungkinan terjadinya penyakit menular tersebut.
5)   Kebersihan sapi yang diperah
Semua kotoran yang mencemari susu mengakibatkan susu mudah rusak, maka sapi yang hendak diperah harus bersih, untuk itu sapi perlu dibersihkan dari kotoran yang melekat pada tubuhnya, mulai dari ekor, ambing hingga puting.
b.    Kondisi udara di sekitar ruang pengumpulan susu tergantung banyak faktor diantaranya adanya debu, tetesan air dan pergerakan udara yang terbawa oleh gerak angin dari ventilasi atau manusia yang bergerak. Tetesan air dari orang–orang yang berbicara, batuk dan bersin dapat menjadi sumber kontaminan mikroba dalam udara. Tanah pada sepatu dan pakaian pekerja dan dari benda–benda yang diangkut ke dalam ruangan merupakan sumber mikroba yang dapat dipindahkan ke dalam udara. Tanah yang terbawa ke dalam ruangan melalui pekerja banyak mengandung mikroba.

H.  Kendali mutu yang dilakukan untuk menjaga mutu produk susu secara kimia?
Jawab : Caranya yaitu melalui pendekatan analisis mutu fisik, kimia dan organ oleptik dari bahan setengah jadi dan bahan jadi susu bubuk merk Susu Gula Minyak (SGM) yang diproduksi pertama kalinya oleh PT Sari Husada Bahan setengah jadi adalah compounded product yang merupakan campuran liquid MST (mixed storage tank) dan dried product yaitu base powder ex dryer. Bahan jadi adalah blended product yaitu finish powder ex blending atau bin filling. Jenis kriteria mutu yang dianalisis, untuk kriteria mutu fisik meliputi floaters/sinkers, bulk density (BD), curd atau white flecks dan cream layer. Kriteria mutu kimia yang dianalisis adalah nilai pH dan kadar lemak.
Kriteria mutu organoleptik yang dianalisis meliputi penampakan, warna, rasa dan cita rasa. Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis posisi rataan dan keragamannya terhadap batas pengendalian dan batas spesifikasi perusahaan yang disusun berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan standar Codex. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik deskriptif dan metode pengendalian mutu statistik. Alat analisis pengendalian mutu statistik yang digunakan adalah bagan kendali atau control chart.
Berdasarkan hasil analisis data didapatkan bahwa rata-rata dan keragaman
mutu dari kriteria mutu fisik dan kimia bahan setengah jadi dan bahan jadi SGM 3
Madu ada yang sudah terkendali dan ada yang masih belum terkendali dengan baik.

I.     Metode apa yang digunakan dalam analisis mutu kimia pada susu SGM.
Jawab : Produk susu bubuk yang beredar di pasaran dapat mengalami kerusakan mutu, baik mutu fisik, kimia, organoleptik, mikrobiologi maupun biokimia/gizi. Faktor utama yang menyebabkan kerusakan tersebut adalah oksigen, cemaran metal, suhu penyimpanan dan kadar air. Kerusakan mutu diantaranya berupa penyimpangan cita rasa, penurunan daya larut dan nilai gizi. Kerusakan-kerusakan tersebut harus dicegah dan dihindari agar produk tetap layak untuk dikonsumsi oleh pelanggan. Analisis mutu bahan baku sampai dengan produk jadi harus dilakukan perusahaan sebelum produk diedarkan di pasaran untuk menjamin keamanan produk bagi konsumennya.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari sistem jaminan mutu pada susu bubuk yang baik melalui pendekatan analisis mutu fisik, kimia dan organoleptik dari bahan setengah jadi dan bahan jadi susu bubuk merk Susu Gula Minyak (SGM) yang diproduksi pertama kalinya oleh PT Sari Husada. Susu bubuk merk SGM yang dipilih untuk dianalisis mutunya adalah SGM 3 Madu. Susu bubuk ini baru akan diluncurkan di awal tahun 2008 dengan desain kemasan yang baru dan formulasi baru yang diperkaya dengan bahan prebiotik Fructo Oligo Saccharide dan Galacto Oligo Saccharide (FOS dan GOS), vitamin C dan Docosa Hexaenoic Acids dan Linoleic Acids (DHA dan LA).
 Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder hasil analisis mutu yang dilakukan di laboratorium QA dan QC selama bulan Juli 2007. Data ini merupakan hasil analisis mutu pada setiap jenis kriteria mutu fisik, kimia dan organoleptik bahan setengah jadi dan bahan jadi berupa data atribut dan variabel. Bahan setengah jadi adalah compounded product yang merupakan campuran liquid MST (mixed storage tank) dan dried product yaitu base powder ex dryer. Bahan jadi adalah blended product yaitu finish powder ex blending atau bin filling. Jenis kriteria mutu yang dianalisis, untuk kriteria mutu fisik meliputi floaters/sinkers, bulk density (BD), curd atau white flecks dan cream layer. Kriteria mutu kimia yang dianalisis adalah nilai pH dan kadar lemak. Kriteria mutu organoleptik yang dianalisis meliputi penampakan, warna, rasa dan cita rasa.
Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis posisi rataan dan keragaman-nya terhadap batas pengendalian dan batas spesifikasi perusahaan yang disusun berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan standar Codex. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik deskriptif dan metode pengendalian mutu statistik. Alat analisis pengendalian mutu statistik yang digunakan adalah bagan kendali atau control chart.
Berdasarkan hasil analisis data didapatkan bahwa rata-rata dan keragaman mutu dari kriteria mutu fisik dan kimia bahan setengah jadi dan bahan jadi SGM 3 Madu ada yang sudah terkendali dan ada yang masih belum terkendali dengan baik. Meskipun demikian, semua kriteria mutu fisik dan kimia yang telah dianalisis masih berada dalam batas spesifikasi perusahaan. Kriteria mutu organoleptik bahan baku dan bahan jadi SGM 3 Madu tidak ada yang cacat atau menyimpang serta sudah sesuai spesifikasi yang telah ditetapkan perusahaan.

J.    Bahaya apa saja yang diakibatkan menkonsumsi susu?
Jawab : Gangguan akibat ketidakcocokan susu formula bisa timbul karena reaksi cepat atau timbulnya gejala kurang dari 8 jam. Pada reaksi lambat atau gejala baru timbul setelah lebih dari 8 jam, atau kadang setelah minum susu 5 atau 7 hari baru timbul keluhan. Tanda dan gejala ketidakcocokan susu formula atau alergi susu hampir sama dengan alergi makanan.
Gangguan tersebut dapat mengganggu semua organ tubuh terutama pencernaan, kulit, saluran napas dan organ lainnya.
Manifestasi klinis yang sering diperberat dan dikaitkan karena reaksi alergi atau reaksi simpang susu formula
a.    Saluran cerna : Pada bayi : sering muntah/gumoh, kembung,"cegukan", sering buang angin, sering "ngeden atau mulet", sering rewel,gelisah atau kolik terutama malam hari) dan sering minta minum. Sering buang air besar (> 3 kali perhari), tidak BAB tiap hari. Kotoran berbau tajam, warna hijau atau berak darah. Lidah/mulut sering timbul putih, Karena sering ngeden beresiko terjadi Hernia Umbilikalis (pusar), Scrotalis dan inguinalis.
Pada anak lebih besar : mulut berbau, sulit buang air besar, BAB tidak tiap hari, kotoran bulat-bulat seperti kotoran kambing, berbau tajam, warna hijau tua atau hitam, nyeri perut.
b.   Kulit sensitif, sering timbul bintik atau bisul kemerahan terutama di pipi, telinga dan daerah yang tertutup popok. Kerak di daerah rambut.Timbul bekas hitam seperti tergigit nyamuk. Kotoran telinga berlebihan. Kulit Kepala Berkerak. Pembesaran kelenjar di belakang kepala atau leher. Sering berkeringat (berlebihan), kepala, telapak tangan atau telapak kaki sering teraba sumer/hangat.
c.    Saluran napas : Pada bayi : Napas grok-grok, kadang disertai batuk ringan, terutama malam dan pagi hari. Sering bersin, pilek, kotoran hidung banyak, Bila tidur kepala sering miring ke salah satu sisi karena hidung buntu sebelah. Minum ASI sering tersedak atau minum dominan hanya satu sisi bagian payudara. Mata sering berair atau sering timbul kotoran mata (belekan) salah satu sisi/kedua sisi.
Pada anak besar : sering batuk, batuk lama (>2 minggu), pilek, (terutama malam dan pagi hari siang hari hilang) sinusitis, bersin, sesak, astma dan suara serak.


Reaksi simpang makanan seperti ketidakcocokan susu formula terutama mengganggu sistem saluran cerna. Gangguan saluran cerna tersebut kadang mengakibatkan gangguan permeabilitas pada saluran cerna atau leaky gut. Banyak penelitian terakhir mengungkapkan bahwa gangguan saluran cerna kronis dengan berbagai mekanisme imunopatofisiologis dan imunopatobiologis ternyata dapat mengakibatkan gangguan neurofungsional otak. Gangguan fungsi otak tersebut mempengaruhi gangguan perilaku seperti gangguan konsentrasi, gangguan emosi, gangguan tidur, keterlambatan bicara, gangguan konsentrasi hingga memperberat gejala ADHD dan Autis.
Gangguan perilaku dan motorik (gangguan neuroanatomis dan neurofisiologis) yang sering diperberat dan dikaitkan karena reaksi alergi atau reaksi simpang susu formula
a.    Gangguan neuroanatomis : mudah kaget bila ada suara yang mengganggu. Gerakan tangan, kaki dan bibir sering gemetar, sakit kepala, migrain
b.   Gerakan motorik berlebihan atau hiperkinetik :
usia < 6 bulan: mata/kepala bayi sering melihat ke atas. Tangan dan kaki bergerak berlebihan, usia > 6 bulan bila digendong sering minta turun atau sering bergerak/sering menggerakkan kepala ke belakang-membentur benturkan kepala. Sering bergulung-gulung di kasur, menjatuhkan badan di kasur ("smackdown"}, sering memanjat. Perilaku "tomboy" pada anak perempuan
c.    Gangguan tidur (biasanya malam hari) gelisah/bolak-balik ujung ke ujung, bila tidur posisi "nungging", berbicara, tertawa, berteriak dalam tidur, sulit tidur. Pada anak lebih besar, malam sering terbangun/duduk,mimpi buruk, "beradu gigi"
d.   Agresif dan emosi meningkat : sering memukul kepala sendiri,orang atau benda di sekitarnya. Sering menggigit, menjilat, mencubit, menjambak (spt "gemes"). Mudah marah, keras kepala sering berteriak.


e.    Gangguan konsentrasi dan gangguan belajar : Cepat bosan terhadap sesuatu aktifitas (kecuali menonton televisi, baca komik atau main game), tidak bisa belajar lama, terburu-buru, tidak mau antri, tidak teliti, sering kehilangan barang atau sering lupa, nilai pelajaran naik turun drastis. Nilai pelajaran tertentu baik, tapi pelajaran lain buruk. Sulit menyelesaikan pelajaran sekolah dengan baik.Sering mengobrol dan mengganggu teman saat pelajaran, biasanya tampak cerdas dan pintar.
f.     Gangguan koordinasi dan keseimbangan motorik kasar : 
Bolak-balik, duduk, merangkak terlambat atau tidak sesuai usia. Berjalan sering terjatuh dan terburu-buru, sering menabrak, jalan jinjit, duduk leter W/kaki ke belakang. Gangguan mengunyah atau menelan, tidak mau makan berserat seperti sayur atau daging atau terlambat kemampuan makan nasi tim (normal usia 9 bulan) atau nasi (normal usia 1 tahun)
g.    Keterlambatan bicara: Perbendaharaan kata kurang dari 5 kata pada umur 15 bulan, kemampuan bicara atau ngoceh-ngoceh hilang dari yang sebelumnya bisa. Bila tidak ada gangguan kontak mata, gangguan pendengaran, dan gangguan intelektual biasanya usia lebih 2 tahun membaik.
h.   Memperberat gejala dan perilaku  ADHD (hiperaktif) dan AUTIS (hiperaktif, keterlambatan bicara, gangguan sosialisasi).

K. Upaya yang dilakukan pabrik susu agar limbah pengolahan tidak mencemari lingkungan.
Jawab:
a.    Proses pengolahan limbah cair industri susu dilakukan dengan tahap:1.Limbah yang diolah di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)PT.SariHusada berasal dari Proses produksi susu, sisa cucian peralatan memasak, laundry pakaian para pegawai, dapur/kantin dan toilet.
b.    Limbah yang dihasilkan sebasar 400 m3/hari dengan kapasitas IPAL 500 m3/hari.
c.    Limbah dialirkan melalui unit cooling agar suhu limbah dapat turun dan sesuaiuntuk proses pengolahan. Vilume unit ini adalah 5 m3.
d.   Selanjutnya proses equalisasi atau penyeragaman (homogenisasi),yaituproses pendahuluan yang akan membantu 
menstabilkan limbah agar tidak menganggut terhadap proses anaerob. Pada proses ini dilakukan penambahan basa NaOH 40% untuk mengatur pH. Setelah melalui bak equalisasi, limbah mengalir ke Unit DAF (Disolved Air Flotation) yaitu proses pengapungan untuk meningkatkan laju pemindahan partikel tersuspensi yang masih ada.
e.    Setelah mengalalami proses pengapungan, air limbah di alirkan ke bak koagulasidengan penambahan bahan koagulan Al untuk memisahkan beningan dan flok-flok.lalu out flow dari proses ini masuk ke bak aerob.
f.     Flok-flok yang dihasilkan selanjutnya diolah menggunakan Continous Steer Tank Reactor.
g.    Sebelum masuk bak aerasi, sludge masuk ke unit sludgr holding untuk menangkap bakteri.
h.    Pengolahan aerob menggunakan proses aerasi lumpur aktif dengan jumlah bak sebanyak 3 buah dan volume masing-masing sebesar 200 m3. Proses aerasi bertujuan untuk menurunkan bahan-bahan organik lainnya dengan cara memasukan oksigen terus menerus.
i.      Proses anarob, yaitu proses yang bertujuan untuk menurunkan bahan-bahan organik terlarut dan senyawa organik lainnya dengan bantuan bakteri anaerob. Selanjutnya limbah hasil proses anaerob ini di alirkan ke bioreactor agar menghasilkan biogas yang dapat dimanfaatkan sebagai daya penerangan dimalam hari.
j.      Limbah yang telah ditambahkan koagulan Al selanjutnya dialirkan ke bak sedimentasi yang bervolume 150 m3.
k.    Bak ini digunakan untuk mengendapkanlumpur hasil pengolahan aerob.11.Air beningan yang berasal dari bak sedimentasi selanjutnya dialirkan ke kolamcontrol sebelum dibuang ke badan sungai Gajah Wong.
l.      Sedangkan sludge hasil pengendapan dimasukan kedalam filter press untuk mengurangi kadar air yang terdapat didalamnya. Sludge yang telah terpisah dengan air selanjutnya dimanfaatkan sebagai kompos. Karena kandungan nitrogen (N) masih tinggi, maka ditambahkan seluslosa dari daun-daun dan katalisator. Kompos yang dihasilkan tidak semuanya aerobic dan aerobic. Pembuatan kompos ini memerlukan waktu satu bulan.


























BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa susu merupakan bahan pangan yang mengandung gizi yang tinggi, serta susu ini sangat baik bagi kesehatan dan pertumbuhan kita, Susu mengandung banyak sekali kalsium yang dapat menguatkan tulang. SGM merupakan produk susu formula bayi yang diproduksi oleh PT. Sari Husada Tbk, perusahaan pertama di Indonesia yang mengkhususkan diri memproduksi susu bayi sejak tahun 1965.
Banyak sekali alat yang digunakan untuk memproduksi berbagai jenis produk susu SGM, adapun bahan-bahanyang digunakan meliputi gula, minyak nabati, FOS, AHA, DHA dan yang lainnya. Untuk mengolah semua bahan yang digunakan tersebut tentu ada proses kimia yang terjadi, proses kimia yang terjadi di awali dengan
alat Pasturizer yang berfungsi untuk mematikan bakteri berbahaya yang ada dalam susu segar, kemudian dilanjutkan dengan  menyeragamkan globula – globula lemak agar terlarut kembali kedalam material susu, dan yang terakhir untuk menghambat pertumbuhan bakteri, serta mencegah pemanasan lebih lanjut yang bisa menyebabkan perusakan protein dan zat gizi yang terdapat dalam susu bubuk. Produk yang dihasilkan oleh susu SGM meliputi
SGM 1 Susu Bubuk Bayi usia 0 – 6 bulan, SGM 2 Susu Bubuk Bayi usia 6 – 36 bulan, SGM 3 Madu, SGM 3 Vanila, SGM 4 Cokelat, SGM LLM. Adapun faktor–faktor yang mempengaruhi rusaknya mutu susu meliputi Kesehatan sapi, keadaan kandang sapi, kesehatan pemerah atau pekerja, pemeriksaan terhadap penyakit menular, kebersihan sapi yang diperah. Kendali mutu yang dilakukan oleh pabril susu SGM untuk menjaga mutu produk susu secara kimia, dengan cara melalui pendekatan analisis mutu fisik, kimia dan organ oleptik dari bahan setengah jadi dan bahan jadi susu bubuk. Mengkonsumsi susu secara berlebihan atau tidak sesuai dengan dosis akan menimbulkan berbagai bahaya diantaranya dapat mengganggu semua organ tubuh terutama pencernaan, kulit, saluran napas dan organ lainnya. Dalam memproduksi berbagai macam produk dari susu SGM tentunya akan menghasilkan limbah dari pabrik, adapun upaya yang dilakukan untuk mengolah limbah buangan dari pabrik tersebut adalah limbah yang diolah di Instalasi Pengolahan Air Limbah PT.Sari husada. Limbah yang dihasilkan sebasar 400 m3/hari dengan kapasitas IPAL 500 m3/hari. Limbah dialirkan melalui unit cooling agar suhu limbah dapat turun dan sesuaiuntuk proses pengolahan. Vilume unit ini adalah 5 m3. Selanjutnya proses equalisasi atau penyeragaman (homogenisasi) yaitu proses pendahuluan yang akan membantu menstabilkan limbah agar tidak menganggut terhadap proses anaerob.

























DAFTAR PUSTAKA
Newmark.2006.Eksperimen Kimia.Jakarta : Platinum
Muhamad.2008.Susu SGM.www.blogspot.com/2004/09/12.
Maulana.1999.Seputar SGM.www.blogamulya.com/1998/10/11