PENDAHULUAN
Biologi adalah salah satu cabang dari ilmu pengetahuan. Ilmu
tersebut dapat meningkatkan aspek social, ekonomi dan kehidupan. Kurangnya
landasan ilmu pengetahuan biologi di SMA akan membahayakan prestasi dan usaha
masa depan siswa. Penelitian pembelajarn biologi di tingkat SMA ini membantu
keterampilan dasar pengetahuan tentang lingkungan mereka.
Prestasi biologi peserta didik yang kurang disebabkan oleh berbagai
factor. Faktor negative itu mempengaruhi prestasi siswa. Beberapa factor
tersebut diantaranya siswa tidak meyukai pembelajaran biologi, kurangnya
persiapan guru dalam mengajar, pembelajaran yang dilakukan guru kurang menarik
atau bersifat monoton. Banyak siswa merasa tidak senang belajar biologi, karena
sebagian besar dari mereka tidak senang dengan metode pembelajaran yang
dipakai.
Guru biologi hanya menggunakan metode pembelajaran konvensional
atau satu arah, strategi ini tidak mendorong keterlibatan siswa lebih dalam.
Dalam pembelajaran konvensional pendekatan pembelajaran yang digunakan bersifat
umum atau biasa. Sebagian siswa biasanya melakukan pembelajaran biologi dengan
mendengarkan penjelasan guru, merangkum, dan mengerjakan latihan. Siswa
bersifat pasif hanya menrima informasi yang diberikan atau disampaikan oleh
guru. Pembelajaran biologi konvensional biasanya hanya bertujuan untuk
menguasai teks book, untuk melengkapai tugas, dan berorintasi pada ujian akhir.
Sejak siswa diajarkan menggunakan metode konvensioanl siawa tidak mendapatkan
pengetahuan yang baik dari pembelajaran biologi. Teknik pembelajaran yang baik
yang dilakukan oleh guru adalah pembelajaran yang mana siswa ikut serta aktif
dalam pembelajaran tersebut. pembelajaran yang efektif mungkin bias dicapai
dengan mengintegrasikan sebuah strategi pembelajaran yang menekankan kepada
kemampuan metakognitif siswa. Pembelajaran kontruktivistik pembelajaran
berpusat pada siswa atau student senter, pembelajaran tidak berpusat pada guru
saja. Ini membuat pelajar harus lebih memahami materi pembelajaran dan memiliki
tanggunga jawab untuk belajar.
METAKOGNITIF
Metakognitif mengacu pada salah satu pengetahuan salah satu proses
metakognitif atau sesuatu yang berhubungan dengannya (Flavell,!1976). Contoh
sederhana metakognitif yaitu berfikir tentang pemikiran atau fikiran. Brown (1987)
mengelompokkan metakognitik kedalam dua kategori : pengetahuan dari kognisi dan
regulasi dari kognisi. Pengetahuan dari kognisi merujuk kekegiatan itu
melibatkan refleksi sadar kemampuan kognitif pada satu kegiatan. Pengetahuan
kognitif merujuk pada kegiatan yang melibatkan refleksi sadar pada satu
kemampuan. Peraturan kognisi mengacu pada kegiatan mengenai regulasi diri
selama mekanisme mencoba untuk belajar. Setiap proses metode yang diujikan
kepada siswa adalah methode yang akan mereka gunakan kembali, mengembangkan
atau memperluas informasi untuk menjadi metakognitif di alam, (Everson!
et.al.1998). Dengan kemampuan kognitif peserta didik sadar “ tahu apa yang
harus mereka lakukan ketika mereka tidak atahu apa yang harus mereka lakukan,
(Countinbo,! 2007). Dengan kata lain mereka memiliki strategi untuk menemukan
pekerjaan dengan apa yang mereka lakukan dan butuhkan. Strategi metakognitif
dirancang untuk memantau proses kognitif. Strategi metakognitif adalah proses
memrintah. Kegiatan metakognitif dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa..Seorang
siswa yang memiliki kemampuan metakognitif yang bagus kesadaran mengawasi untuk
setiap pembelajrannya, merencanakan dan mengawasi aktifitas kognitif. Ini
digunakan untuk myetukan cara berfikir seseorang dan bisa memimpin pembelajaran
lebih baik dengan kinerja yang lebih tinggi atau bagus, terutama antar siapapun
tentang topic yang akan lebih menantang untuk guru. Guru akan merubah mindset
atau cara berfikirnya dan menimbulkan pertanyaan yang benar-benar membutuhkan
analisis guru ling lainnya untuk pengalaman dan pengetahuan, menentukkan proses
yang mungkin siswa gunakan dan merumuskan pertanyaan yang sesuai. Beberapa dari
pertanyaan tersebut berada selama proses diskusi dan dapat bermakna dan
multifaset. Hartman (2001) berpendapat bahwa mengajar dengan strategi
metakognitif berarti guru tersebut akan berfikir tentang bagaimana perintah
tersebut akan mengembangkan dan mengaktifkan metakognitif siswa.
KOOPERATIF LEARNING
Bilgin,I.et.al.(2006),and Chang,C7Y,& Mao,S7L, (1999)
berpendapat bahwa kooperatif learning adalah proses kegiatan pembelajaran
aktif, dan berusaha untuk kemampuan berfikir kritis, kemampuan menlar,
menyelesaikan masalah dan keterampilan peserta didik.Stevens,R.,&
pembelajaran dilihat dari keberhasilan atau kemampuan metakognitif siswa.Mereka
menggunakan fasilitas. Mereka menekankan hal
tersebut pada peserta didik, beberapa dari mereka mungkin berfikir biasa
“merubah” atau menolak berbicara disebuah pengetahuan pengetahuan sederhana,
menjadi terlibat aktif dalam proses belajar
dalam interaksi pembelajaran kelompok. Chang.et.al (1999) menyatakan
bahwa setiap strategi pembelajaran kooperatif ketika digunakan dengan tepat
bias membuat siswa menjadi aktif tidak berpaku pada teori, menghafal ingatan
tentang kenyataan atau fakata dan pembelajaran level sedang. Metode ini yang
menghasilkan perubahan pembelajaran untuk lebih meningkatkan pemahaman dari
semua anggota kelompok koopertaif learning. Terlepas dari manfaat akademik
kooperatif learning juga menghasilkan keunggulan penghargaan diri, hubungan
pribadi, dan menyesuaikan sikap terarah di sekolah dan rekan-rekan. (Bilgin,
I.et.al.2006). Dalam pembelajaran kooperatif leraning murid-murid memiliki
peluang untuk saling mendiskusikan jawaban mereka dengan sesame siswa.
Murid-murid bisa menuliskan jawaban dari pertanyaan mendiskusikan dengan sesama
anggota kelompok yang berada dikelas, kelompok siswa-siswa tersebut
mendiskusikan apa yang mereka fikirkan, menganalisis posisi mereka, menjelaskan
poin atau pendapat, pandanagan mereka kepada teman-teman sekelasnya. Dengan
bertukar informasi dengan sesame anggota kelompok dikelas, siswa akan menjadi dapat
mengevaluasi sendiri dengan pengumpulan data sementara dari teman-teman
sekelas. Guru juga akan memiliki kesempatan untuk mengevaluasi siswa, ‘pada
pemahaman dari kandungan atau isi diskusi.
METODE METAKOGNITIF KOOPERATIF LEARANING
Proses pembelajran yang berpusat pada siswa adalah karakteristik
dari kooperatif dan kolaborasi pembelajaran antara pelajar dan lingkungannya.
Dua metode yang dibandingkan pada percobaan ini adalah (i) metode metakognitif
kooperatif learning dan (ii) metode biasa (tradisional). Piaget menyebutnya
kegiatan atau aktivitas ketika anak bias terlibat dikegiatannya sendiri.
Bruner, Gandhi dan Pestalozzi juga menekankan pembelajaran dengan melakukan hal
tersebut. Disampaing mengajar guru juga memberikan kegiatan dilingkungan yang relevan
dengan materi. Kooperatif learning adalah sebuah jawaban untuk melengkapai
kompetitif dalam pembelajaran. Zaman sekarang guru membutuhkan teknik mengajar
dimana subjek akan lebih cepat memahami materi dengan cara yang efisien.
Pengetahuan metakognitif seseorang sanagat penting dibutuhkan dalam
pembelajaran dikelas. Pengetahuan metakognitif dalam mengerjakan tugas, ketika
kita berfikir bagaimana akan mengerjakannya. Dalam cara serupa kooperratif
learning merujuk kesebuah tekhnik intruksi tekhnkin dima murid belajar dalam
kelompok-kelompok kecil dan kinerjanya diharagai dalam kelompoknya. Strategi
ini berdasarkan pisikologi kerjasama dan kompetensi murid didalam kelas. Disini
murid mengerjakan bersama-sama tujuannya memotivasi diri sendiri agar tidaka bergantung
pada orang lain, memudahkan dalam mengerjakan tugas, meningkatkan hubungan yang
positif antar sesame anggota kelompok. Jadi, metakognitif kooperatif learning
akan meningkatkan kinerja di dalam kelas lebih baik. Dalam konteks ini
metakognitif kooperatif learning sangat berguna dan dapat disesuaikan oleh
setiap guru. Sejak strategi belajar bias diajarkan kita bias membantu
murid untuk bisa tau apa yang harus mereka lakukan, kapan mereka belajar.
Dengan latar belakang teoritis ini sebuah penelitian dilakukan untuk meneliti
efektifitas dari metakognitif metode kooperatif learning pada prestasi biologi.
Rumah dianggap sebagai sebuah sekolah pertama untuk setiap individu
dan itu adalah salah satu elemen yang
mendasar dalam masyarakat. Oleh karena itu lingkungan hidup dirumah memainkan
peran penting pada pengembangan setiap individu dalam prespektif sosiologi. Pencapaian
dan prestasi setiap muurid tergantung pada lingkungan yang diberikan oleh para orang
tua dirumah kepada mereka. Mengingat pentingnya lingkungan dirumah pada
pembelajaran sekarang telah disertakan “Rumah Lingkungan” sebagi salah satu factor
yang mempenagruhi sosiologis. Sikap memainkan peran penting dalam kalangan
individu. Untuk menuju pembelajaran yang lebih menarik sikap memiliki peranan
tersendiri. Jika sikap positip maka akan menjadikan pembelajaran lebih baik
sebaliknya jika tempatnya kurang baik maka tidak akan ada kesempatan
pembelajaran lebih baik. Karenya sikap terhadap konsep belajar apapun atau
subjek memainkan peran signifikan. Oleh karena itu hadirnya penelitian memiliki
facto pisikologis lain, yaitu sikap menuju belajar biologi antara siswa higher secondary
school.
Penelitian ini untuk mengukur prestasi dari siswa higher of
secondary dalam pembelajaran biologi, menggunakan model metakognitif metode
kooperatif learning dengan rumah linhkungan hidup sebagi factor sosiologis,
sikap pada pembelajaran biologi sebagi factor sosiologis dan kesadaran
metakognitif sebagai factor metakognitif. Oleh karena itu penelitian tidak
hanya berkonsentarsi pada mengembangkan kemampuan metakognitif pendekatan
startegi di kooperatif learning dan efektifitasnya, akan tetapi juga bertujuan
untuk mempelajari intervensi factor biologi dikalangan siswa higher secondary.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk :
i.
Mengembangkan model, startegi metakognitif pada pembelajaran
biologi untuk standar siswa kelas XI
ii.
Untuk menemukan apakah ada perbedaan signifikan anatara kelas kontrol
dan kelas eksperimen dalam hasil belajar siswa siswa secondary school.
iii.
Untuk menemukan apakah ada perbedaan yang signifikan anatar
kelompok control dan kelompok eksperimen dalam mendapatkan skor pada pencapaian
dari tujuan pengetahuan, pemahaman dan aplikasi pada siswa secondary school.
iv.
Untuk menemukan apakah ada perbedaan signifikan anatara kelompok control
dan kelompok eksperimen dalam aspek retensi skor test siswa higher secondary.
v.
Untuk menemukan apakah ada pengaruh signifikan pengaruh dari rumah
lingkungan dalam mendapatkan skor pada
kelas control dan kelas eksperimen.
vi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar