Jumat, 30 Oktober 2015

Terjemah Jurnal Cooperative Learning



PENDAHULUAN
Biologi adalah salah satu cabang dari ilmu pengetahuan. Ilmu tersebut dapat meningkatkan aspek social, ekonomi dan kehidupan. Kurangnya landasan ilmu pengetahuan biologi di SMA akan membahayakan prestasi dan usaha masa depan siswa. Penelitian pembelajarn biologi di tingkat SMA ini membantu keterampilan dasar pengetahuan tentang lingkungan mereka.
Prestasi biologi peserta didik yang kurang disebabkan oleh berbagai factor. Faktor negative itu mempengaruhi prestasi siswa. Beberapa factor tersebut diantaranya siswa tidak meyukai pembelajaran biologi, kurangnya persiapan guru dalam mengajar, pembelajaran yang dilakukan guru kurang menarik atau bersifat monoton. Banyak siswa merasa tidak senang belajar biologi, karena sebagian besar dari mereka tidak senang dengan metode pembelajaran yang dipakai.
Guru biologi hanya menggunakan metode pembelajaran konvensional atau satu arah, strategi ini tidak mendorong keterlibatan siswa lebih dalam. Dalam pembelajaran konvensional pendekatan pembelajaran yang digunakan bersifat umum atau biasa. Sebagian siswa biasanya melakukan pembelajaran biologi dengan mendengarkan penjelasan guru, merangkum, dan mengerjakan latihan. Siswa bersifat pasif hanya menrima informasi yang diberikan atau disampaikan oleh guru. Pembelajaran biologi konvensional biasanya hanya bertujuan untuk menguasai teks book, untuk melengkapai tugas, dan berorintasi pada ujian akhir. Sejak siswa diajarkan menggunakan metode konvensioanl siawa tidak mendapatkan pengetahuan yang baik dari pembelajaran biologi. Teknik pembelajaran yang baik yang dilakukan oleh guru adalah pembelajaran yang mana siswa ikut serta aktif dalam pembelajaran tersebut. pembelajaran yang efektif mungkin bias dicapai dengan mengintegrasikan sebuah strategi pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan metakognitif siswa. Pembelajaran kontruktivistik pembelajaran berpusat pada siswa atau student senter, pembelajaran tidak berpusat pada guru saja. Ini membuat pelajar harus lebih memahami materi pembelajaran dan memiliki tanggunga jawab untuk belajar.
METAKOGNITIF
Metakognitif mengacu pada salah satu pengetahuan salah satu proses metakognitif atau sesuatu yang berhubungan dengannya (Flavell,!1976). Contoh sederhana metakognitif yaitu berfikir tentang pemikiran atau fikiran. Brown (1987) mengelompokkan metakognitik kedalam dua kategori : pengetahuan dari kognisi dan regulasi dari kognisi. Pengetahuan dari kognisi merujuk kekegiatan itu melibatkan refleksi sadar kemampuan kognitif pada satu kegiatan. Pengetahuan kognitif merujuk pada kegiatan yang melibatkan refleksi sadar pada satu kemampuan. Peraturan kognisi mengacu pada kegiatan mengenai regulasi diri selama mekanisme mencoba untuk belajar. Setiap proses metode yang diujikan kepada siswa adalah methode yang akan mereka gunakan kembali, mengembangkan atau memperluas informasi untuk menjadi metakognitif di alam, (Everson! et.al.1998). Dengan kemampuan kognitif peserta didik sadar “ tahu apa yang harus mereka lakukan ketika mereka tidak atahu apa yang harus mereka lakukan, (Countinbo,! 2007). Dengan kata lain mereka memiliki strategi untuk menemukan pekerjaan dengan apa yang mereka lakukan dan butuhkan. Strategi metakognitif dirancang untuk memantau proses kognitif. Strategi metakognitif adalah proses memrintah. Kegiatan metakognitif dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa..Seorang siswa yang memiliki kemampuan metakognitif yang bagus kesadaran mengawasi untuk setiap pembelajrannya, merencanakan dan mengawasi aktifitas kognitif. Ini digunakan untuk myetukan cara berfikir seseorang dan bisa memimpin pembelajaran lebih baik dengan kinerja yang lebih tinggi atau bagus, terutama antar siapapun tentang topic yang akan lebih menantang untuk guru. Guru akan merubah mindset atau cara berfikirnya dan menimbulkan pertanyaan yang benar-benar membutuhkan analisis guru ling lainnya untuk pengalaman dan pengetahuan, menentukkan proses yang mungkin siswa gunakan dan merumuskan pertanyaan yang sesuai. Beberapa dari pertanyaan tersebut berada selama proses diskusi dan dapat bermakna dan multifaset. Hartman (2001) berpendapat bahwa mengajar dengan strategi metakognitif berarti guru tersebut akan berfikir tentang bagaimana perintah tersebut akan mengembangkan dan mengaktifkan metakognitif siswa.
KOOPERATIF LEARNING
Bilgin,I.et.al.(2006),and Chang,C7Y,& Mao,S7L, (1999) berpendapat bahwa kooperatif learning adalah proses kegiatan pembelajaran aktif, dan berusaha untuk kemampuan berfikir kritis, kemampuan menlar, menyelesaikan masalah dan keterampilan peserta didik.Stevens,R.,& pembelajaran dilihat dari keberhasilan atau kemampuan metakognitif siswa.Mereka menggunakan fasilitas. Mereka menekankan hal tersebut pada peserta didik, beberapa dari mereka mungkin berfikir biasa “merubah” atau menolak berbicara disebuah pengetahuan pengetahuan sederhana, menjadi terlibat aktif dalam proses belajar  dalam interaksi pembelajaran kelompok. Chang.et.al (1999) menyatakan bahwa setiap strategi pembelajaran kooperatif ketika digunakan dengan tepat bias membuat siswa menjadi aktif tidak berpaku pada teori, menghafal ingatan tentang kenyataan atau fakata dan pembelajaran level sedang. Metode ini yang menghasilkan perubahan pembelajaran untuk lebih meningkatkan pemahaman dari semua anggota kelompok koopertaif learning. Terlepas dari manfaat akademik kooperatif learning juga menghasilkan keunggulan penghargaan diri, hubungan pribadi, dan menyesuaikan sikap terarah di sekolah dan rekan-rekan. (Bilgin, I.et.al.2006). Dalam pembelajaran kooperatif leraning murid-murid memiliki peluang untuk saling mendiskusikan jawaban mereka dengan sesame siswa. Murid-murid bisa menuliskan jawaban dari pertanyaan mendiskusikan dengan sesama anggota kelompok yang berada dikelas, kelompok siswa-siswa tersebut mendiskusikan apa yang mereka fikirkan, menganalisis posisi mereka, menjelaskan poin atau pendapat, pandanagan mereka kepada teman-teman sekelasnya. Dengan bertukar informasi dengan sesame anggota kelompok dikelas, siswa akan menjadi dapat mengevaluasi sendiri dengan pengumpulan data sementara dari teman-teman sekelas. Guru juga akan memiliki kesempatan untuk mengevaluasi siswa, ‘pada pemahaman dari kandungan atau isi diskusi.
METODE METAKOGNITIF KOOPERATIF LEARANING
Proses pembelajran yang berpusat pada siswa adalah karakteristik dari kooperatif dan kolaborasi pembelajaran antara pelajar dan lingkungannya. Dua metode yang dibandingkan pada percobaan ini adalah (i) metode metakognitif kooperatif learning dan (ii) metode biasa (tradisional). Piaget menyebutnya kegiatan atau aktivitas ketika anak bias terlibat dikegiatannya sendiri. Bruner, Gandhi dan Pestalozzi juga menekankan pembelajaran dengan melakukan hal tersebut. Disampaing mengajar guru juga memberikan kegiatan dilingkungan yang relevan dengan materi. Kooperatif learning adalah sebuah jawaban untuk melengkapai kompetitif dalam pembelajaran. Zaman sekarang guru membutuhkan teknik mengajar dimana subjek akan lebih cepat memahami materi dengan cara yang efisien. Pengetahuan metakognitif seseorang sanagat penting dibutuhkan dalam pembelajaran dikelas. Pengetahuan metakognitif dalam mengerjakan tugas, ketika kita berfikir bagaimana akan mengerjakannya. Dalam cara serupa kooperratif learning merujuk kesebuah tekhnik intruksi tekhnkin dima murid belajar dalam kelompok-kelompok kecil dan kinerjanya diharagai dalam kelompoknya. Strategi ini berdasarkan pisikologi kerjasama dan kompetensi murid didalam kelas. Disini murid mengerjakan bersama-sama tujuannya memotivasi diri sendiri agar tidaka bergantung pada orang lain, memudahkan dalam mengerjakan tugas, meningkatkan hubungan yang positif antar sesame anggota kelompok. Jadi, metakognitif kooperatif learning akan meningkatkan kinerja di dalam kelas lebih baik. Dalam konteks ini metakognitif kooperatif learning sangat berguna dan dapat disesuaikan oleh setiap guru. Sejak strategi belajar bias diajarkan kita bias membantu murid untuk bisa tau apa yang harus mereka lakukan, kapan mereka belajar. Dengan latar belakang teoritis ini sebuah penelitian dilakukan untuk meneliti efektifitas dari metakognitif metode kooperatif learning pada prestasi biologi.
Rumah dianggap sebagai sebuah sekolah pertama untuk setiap individu dan itu adalah salah satu  elemen yang mendasar dalam masyarakat. Oleh karena itu lingkungan hidup dirumah memainkan peran penting pada pengembangan setiap individu dalam prespektif sosiologi. Pencapaian dan prestasi setiap muurid tergantung pada lingkungan yang diberikan oleh para orang tua dirumah kepada mereka. Mengingat pentingnya lingkungan dirumah pada pembelajaran sekarang telah disertakan “Rumah Lingkungan” sebagi salah satu factor yang mempenagruhi sosiologis. Sikap memainkan peran penting dalam kalangan individu. Untuk menuju pembelajaran yang lebih menarik sikap memiliki peranan tersendiri. Jika sikap positip maka akan menjadikan pembelajaran lebih baik sebaliknya jika tempatnya kurang baik maka tidak akan ada kesempatan pembelajaran lebih baik. Karenya sikap terhadap konsep belajar apapun atau subjek memainkan peran signifikan. Oleh karena itu hadirnya penelitian memiliki facto pisikologis lain, yaitu sikap menuju belajar biologi antara siswa higher secondary school.
Penelitian ini untuk mengukur prestasi dari siswa higher of secondary dalam pembelajaran biologi, menggunakan model metakognitif metode kooperatif learning dengan rumah linhkungan hidup sebagi factor sosiologis, sikap pada pembelajaran biologi sebagi factor sosiologis dan kesadaran metakognitif sebagai factor metakognitif. Oleh karena itu penelitian tidak hanya berkonsentarsi pada mengembangkan kemampuan metakognitif pendekatan startegi di kooperatif learning dan efektifitasnya, akan tetapi juga bertujuan untuk mempelajari intervensi factor biologi dikalangan siswa higher secondary.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk :
        i.            Mengembangkan model, startegi metakognitif pada pembelajaran biologi untuk standar siswa kelas XI
      ii.            Untuk menemukan apakah ada perbedaan signifikan anatara kelas kontrol dan kelas eksperimen dalam hasil belajar siswa siswa secondary school.
    iii.            Untuk menemukan apakah ada perbedaan yang signifikan anatar kelompok control dan kelompok eksperimen dalam mendapatkan skor pada pencapaian dari tujuan pengetahuan, pemahaman dan aplikasi pada siswa secondary school.
    iv.            Untuk menemukan apakah ada perbedaan signifikan anatara kelompok control dan kelompok eksperimen dalam aspek retensi skor test siswa higher secondary.
      v.            Untuk menemukan apakah ada pengaruh signifikan pengaruh dari rumah lingkungan dalam mendapatkan skor  pada kelas control dan kelas eksperimen.
    vi.             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar